Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Daniel Johan mengharapkan agar Kementerian Pertanian lebih fokus untuk menjaga ketahanan pangan, bukan menjual obat atau kalung antivirus.

"Fokus saja ke pangan dan peningkatan kesejahteraan petani," kata Daniel dalam pernyataan di Jakarta, Senin.

Daniel mengatakan saat ini masih banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan Kementan terkait dengan pengadaan bahan pangan nasional.

Meski demikian, ia mengingatkan, apabila Kementan akan meneruskan rencana penjualan kalung antivirus dan berniat untuk memproduksi secara masal, sebaiknya dilakukan tanpa menggunakan dana APBN.

Baca juga: Ketua MPR dorong Kementan uji klinik antivirus corona

"Terserah saja, selama tidak pakai APBN," kata Wakil Sekretaris Jenderal Partai Kebangkita Bangsa (PKB) ini.

Ia juga akan meminta kepada penjelasan kepada Kementan mengenai rencana kerja sama dengan PT Eagle Indo Pharma (Cap Lang) untuk memproduksi kalung antivirus tersebut.

Perjanjian untuk kerja sama lisensi formula antivirus berbasis minyak eucalytus itu sudah dilakukan di Bogor pada pertengahan Mei 2020.

Anggota Komisi IV DPR Andi Akmal Pasluddin juga mengingatkan tugas Kementan paling utama adalah menjaga ketersediaan pangan di dalam negeri.

Terkait penjualan kalung antivirus tersebut, ia mengharapkan adanya riset menyeluruh agar inovasi itu tidak memancing pro dan kontra yang dapat menyesatkan masyarakat.

Baca juga: Legislator nilai Kementan belum optimal dukung "food estate" Kalteng

"Perlu kajian yang mendalam, apa sudah dipraktikkan kepada pasien yang terkena Corona. Itu harus ada
penjelasan," ujar politisi fraksi PKS.

Sebelumnya, Kepala Badan Litbang Pertanian, Fadjry Djufry menjelaskan inovasi ini muncul karena pemerintah mencoba untuk mencari obat untuk mencegah dan menangani COVID-19.

Menurut dia, eucalyptus selama ini dikenal mampu bekerja melegakan saluran pernapasan, menghilangkan lendir, pengusir serangga, disinfektan luka, penghilang nyeri, mengurangi mual dan mencegah penyakit mulut.


 

Pewarta: Satyagraha
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020