Inovasi di tengah pandemi

Resmi merilis aplikasi Kecilin pada awal Maret, Farrel mengatakan tengah mengembangkan produk dengan membuat aplikasi Kecilin bekerja layaknya Virtual Private Network (VPN), sehingga ketika pengguna mengeklik on, semua penggunaan aplikasi dapat dihemat, meskipun dibuka langsung pada aplikasi aslinya.

Farrel juga mengungkapkan tengah menggarap Kecilin Drive, mirip Google Drive, namun dapat menyimpan memori tanpa batas.

"Unlimited storage di cloud, karena sudah dikecilin, satu-satunya cloud storage provider yang bisa kasih unlimited storage dengan harga paling murah Rp5.000 per bulannya," ujar Farrel.

Inovasi-inovasi tersebut justru hadir di tengah pandemi. Untuk mensiasati permintaan B2B yang melambat, Farrel mengalihkan kerja karyawan untuk fokus pada produk B2C, yang menurut dia tidak terpengaruh negatif saat pandemi.

"Justru positif effect karena Kecilin App growth-nya tinggi," kata dia.

Pandemi COVID-19 bahkan memicu inovasi baru bagi Kecilin. Farrel mengatakan tengah mengembangkan Kecilin Meet, aplikasi konferensi video mirip Zoom, yang lebih hemat data hingga 60 persen.

Baca juga: Telkom serius kembangkan program inkubasi startup game di Indonesia

Baca juga: Menkominfo paparkan proyeksi ekonomi digital Indonesia di Washington


Inovasi tersebut berangkat dari tuntutan untuk melakukan panggilan video saat pandemi karena harus bekerja secara jarak jauh.

Farrel mengatakan telah mulai mengembangkan, bahkan menggunakan aplikasi tersebut untuk komunikasi internal, sejak akhir Maret, ketika virus corona diumumkan sebagai pandemi.

"Akhirnya kita mencoba untuk membuat internal, ternyata no issue at all, jadi enggak ada latensi, lebih hemat 60 persen, terus enggak ada hubungan dengan diskualitas," ujar Farrel.

Aplikasi Kecilin Meet rencananya akan ditawarkan untuk B2C, sehingga dapat digunakan secara publik. Hanya saja, modal menjadi isu dalam pengembangan produk tersebut.

"Kecilin Meet akan dapat menampung hingga 100 orang per room, sehingga dibutuhkan server yang besar, untuk itu butuh capital yang besar," kata Farrel.

Selain modal, dalam pengembangan inovasi produk, Farrel tidak memungkiri sumber daya manusia menjadi tantangan tersendiri. Terlebih, startup-nya berfokus pada data kompresi. Farrel menyambut baik langkah pemerintah untuk mengembangkan talenta digital dengan berbagai program.

"Kalau kita cuma bergantung dengan edukasi universitas kurang bisa pas di market, kita sebagai perusahaan, susah mengedukasi hal yang baru, jadi dengan adanya program-program tersebut sangat baik sebagai company," kata Farrel.

Farrel optimis industri kreatif digital Tanah Air terus berkembang. Apalagi sejumlah startup telah "naik kelas" mejadi unicorn, bahkan decacorn, dan mulai diperhitungkan di Asia.

Untuk itu, dia berharap masyarakat Indonesia dapat mendorong dan lebih mendukung startup karya anak bangsa.

"Harapannya sebenarnya adalah masyarakat Indonesia aware dengan startup Indonesia, dalam artian menggunakan aplikasi-aplikasi Indonesia," ujar Farrel.

Baca juga: Tujuh startup anak bangsa yang masuk dalam GnB Accelerator

Baca juga: Qlue wakili Indonesia di kompetisi startup dunia XTC 2020

Baca juga: KBRI dorong "startup" tekfin Inggris investasi di Indonesia

Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020