Jakarta,(ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono meminta pelaku pendidikan nasional agar mereformasi metode belajar mengajarnya untuk menghasilkan anak didik berjiwa kewirausahaan guna memajukan pembangunan Indonesia di masa datang.

Saat membuka Temu Nasional atau National Summit 2009 di Jakarta, Kamis, Presiden mengatakan, ada tiga hal penting yang dikategorikan sebagai strategi utama agar Indonesia dalam lima tahun mendatang tidak sekadar bertumbuh, yakni adanya pemberdayaan masyarakat, kewirausahaan dan inovasi teknologi.

"Pemberdayaan masyarakat melalui program prorakyat saya ingatkan hanya bersifat sementara, bantuan langsung tunai hanya bersifat subsidi," kata Kepala Negara.

Agar pertumbuhan terus berlanjut, kata Yudhoyono, maka tidak bisa dilakukan hanya dengan memberikan subsidi terus menerus. "Perlu ada langkah lanjutan yakni adanya jiwa kewirausahaan," ujarnya.

Kewirausahaan salah satunya bisa ditumbuhkan melalui metodologi pengajaran nasional. "Saya minta Menteri Pendidikan Nasional untuk mengubah metodologi belajar- mengajar yang ada selama ini. Dimana sejak taman kanak-kanak, sekolah dasar hingga menengah, jangan hanya gurunya yang aktif, tetapi harus mampu membuat siswanya aktif pula," lanjut Presiden.

Dengan begitu, anak didik yang dihasilkan tidak sekedar menjadi pencari kerja tetapi juga mampu menciptakan lapangan kerja.

Dengan begitu, tingkat pengangguran dan kemiskinan dapat diturunkan secara signifikan, tutur Yudhoyono.

Diingatkannya dibandingkan negara lain seperti Amerika Serikat dan Singapura, tingkat kewirausahaan di Indonesia masih sangat rendah yakni sekitar dibawah satu persen.

"Menciptakan jiwa kewirausahaan memang tidak gampang. Tetapi melalui berbagai usaha salah satunya reformasi pendidikan nasional, maka jiwa kewirausahaan akan dapat tumbuh menghasilkan kreatifitas, inovasi untuk menjadikan Indonesia lebih dari sekadar bertumbuh mengejar target...," katanya.

Pada kesempatan itu, Presiden Yudhoyono menyampaikan target pemerintah untuk menurunkan angka pengangguran dan kemiskinan masing-masing lima dan delapan persen.

Perhelatan National Summit 2009 yang bertema "Mewujudkan Indonesia Sejahtera, Adil dan Demokratis" tersebut dihadiri oleh pejabat pemerintah pusat terkait, di antaranya para menteri Kabinet Indonesia Bersatu II, para eselon I dari berbagai departemen, dan pejabat pemerintah daerah.

Hadir pula perwakilan dari Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin), dan kadin provinsi, serta pimpinan DPR dan DPRD. Demikian juga asosiasi atau himpunan pengusaha, LSM, lembaga keuangan bank, dan nonbank, serta pengamat dan perwakilan perguruan tinggi.

Tujuan pertemuan besar ini adalah untuk menyamakan pandangan serta sikap antara pemerintah dengan dunia usaha, serta LSM bagi pembangunan lima tahun mendatang .(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009