Jumlah mal yang buka belum begitu tinggi, traffic pengunjung belum kembali normal, karena masih ada kekhawatiran dari mereka yang menghindari tempat-tempat keramaian.
Jakarta (ANTARA) - Senior Associate Director Colliers International (konsultan properti), Ferry Salanto menyatakan wajar jika saat ini jumlah pengunjung mal atau pusat perbelanjaan di sejumlah kota besar belum kembali normal seperti biasa karena masih banyak yang cemas terhadap wabah  COVID-19.

"Jumlah mal yang buka belum begitu tinggi, traffic pengunjung belum kembali normal, karena masih ada kekhawatiran dari mereka yang menghindari tempat-tempat keramaian," kata Ferry Salanto dalam paparan properti di Jakarta, Rabu.

Menurut dia, meski untuk beberapa produk tertentu konsumen akan membeli secara daring, tetapi tidak dipungkiri bahwa ada bagian masyarakat yang kangen datang ke mal karena pengalaman yang tidak bisa didapatkan dari pembelian daring.

Baca juga: Mendag: Pembukaan pusat perbelanjaan efektif bangkitkan perekonomian

Selain itu, ia juga menyoroti masih ada beberapa pusat perbelanjaan yang belum buka. Hal tersebut dinilai karena pengelolanya menunggu jumlah pengunjung kembali ke normal agar tidak merugi dalam beban operasional mal sehari-hari.

Ferry memprediksi bahwa kemungkinan tingkat okupansi mal akan pulih paling cepat pada 2021, begitu juga dengan harga sewa tempat yang kemungkinan akan stabil dan tidak terlalu berubah dari tarif pada  2019.

"Harus ada win-win solution antara penyewa dan pengelola, harus ada saling pengertian di antara keduanya," katanya.

Baca juga: Kadin sebut pandemi COVID-19 momentum perkuat akses pasar domestik

Sejumlah rekomendasi yang ditawarkan antara lain adalah pemilik atau pengelola pusat perbelanjaan diharapkan dapat menawarkan cara pembayaran yang meringankan penyewa, menunda menaikkan biaya pemeliharaan gedung, serta siap berdiskusi jika ada permintaan dari penyewa seperti untuk menerapkan skema model bagi hasil.

Selain itu, ujar dia, pihak pemilik atau pengelola diharapkan pula lebih banyak menggunakan medsos untuk mempromosikan protokol kesehatan, serta mempertimbangkan merenovasi layout, terutama untuk mengakomodasi sirkulasi pengunjung.

Sebelumnya, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto berharap pembukaan ritel dan pusat perbelanjaan dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan dapat menggerakkan sendi-sendi ekonomi nasional pada masa normal baru.

"Pada saat ini memang ada penurunan yang sangat drastis dikarenakan situasi pandemi COVID-19. Untuk itu memang sendi-sendi perekonomian harus berjalan dengan dibukanya ritel dan pusat perbelanjaan dengan tetap mengutamakan protokol kesehatan," ujar Mendag dalam diskusi daring di Jakarta, Kamis (18/6).

Baca juga: Pemkot Depok bertahap membuka tempat aktivitas masyarakat

Mendag mengatakan bahwa beberapa hari lalu dirinya meninjau pusat perbelanjaan yang dibuka, antusiasme masyarakat sangat tinggi dan dalam menangani pandemi jangan sampai menimbulkan PHK.

Dalam kondisi pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia, perlu ​​​​​​penanganan cepat terhadap COVID-19 yang sekarang dikenal sebagai normal baru.

Memang pada situasi ini pemerintah memandang perlu keselamatan dan kesehatan masyarakat tetap menjadi prioritas utama dalam melakukan kegiatan, khususnya perdagangan.

"Dalam hal ini memang protokol kesehatan sangat penting dan itu harus ada kesadaran serta disiplin tinggi dalam melaksanakan kegiatan perdagangan, khususnya di ritel-ritel modern serta pusat perbelanjaan," katanya.

Menurut Mendag, terjadi penurunan cukup signifikan dua bulan terakhir ini sekitar Rp12 triliun karena ada yang tidak aktif. DKI Jakarta sendiri terdapat 70 pusat perbelanjaan dan di sekitar Jabodetabek terdapat 326 pusat perbelanjaan.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020