berdasarkan kajian UNWTO, dari sejumlah krisis berdampak global yang terjadi pada abad ke-21, ternyata membutuhkan waktu minimal belasan bulan untuk mengembalikan kinerja kunjungan turis.
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah perlu membuat kebijakan yang dapat memastikan bahwa kunjungan wisatawan mancanegara dapat lebih cepat pulih karena berdasarkan sejarah, kinerja sektor pariwisata membutuhkan waktu yang lama untuk pulih pascakrisis.

"Seperti kita ketahui, sektor pariwisata adalah yang paling terdampak pandemi," kata Senior Associate Director Colliers International (konsultan properti), Ferry Salanto di Jakarta, Rabu.

Ferry memaparkan berdasarkan kajian UNWTO, dari sejumlah krisis berdampak global yang terjadi pada abad ke-21, ternyata membutuhkan waktu minimal belasan bulan untuk mengembalikan kinerja kunjungan turis.

Baca juga: Kemenparekraf: Protokol kesehatan kembalikan kepercayaan wisatawan

Contohnya, krisis SARS yang melanda sejumlah negara di kawasan Asia Timur dan Tenggara sejak Maret 2003, ternyata membutuhkan waktu pemulihan kedatangan wisatawan asing selama 11 bulan secara rata-rata global, dan Asia sebagai regional yang paling terdampak parah membutuhkan waktu 14 bulan.

Kajian UNWTO juga menunjukkan contoh lainnya yaitu krisis finansial global yang terjadi sejak Januari 2009, ternyata membuat kunjungan wisatawan asing baru pulih secara rata-rata global 19 bulan kemudian.

Bahkan, Eropa yang terkena dampak krisis finansial terparah, perlu waktu pemulihan hingga 29 bulan.

Baca juga: Kunjungan wisman ke Kepri masih terganjal Permenkumham 11/2020

Terkait kasus COVID-19, Ferry mencemaskan waktu pulih kunjungan wisatawan bisa saja memerlukan waktu lebih lama untuk dapat pulih kembali seperti kinerja saat normal sebelumnya.

Sebelumnya, Wakil Ketua Komisi X DPR RI Hetifah Sjaifudian menginginkan sektor pariwisata dapat segera pulih pada masa normal baru mengingat peningkatan kinerja pariwisata juga berarti melesatkan penerimaan devisa negara.

"Pariwisata diharapkan menjadi pilar penerimaan devisa negara selain kegiatan ekspor dan perdagangan jasa," kata Hetifah Sjaifudian.

Baca juga: Round Up - Pariwisata Bali dalam "lampu kuning" Normal Baru

Politisi Fraksi Partai Golkar tersebut meyakini bahwa sektor pariwisata bisa pulih antara lain karena Indonesia sebagai negara tropis memiliki banyak sekali objek wisata yang menarik.

Selain itu, ujar dia, Indonesia yang juga dikenal memiliki tingkat keberagaman suku dan budaya yang sangat tinggi dinilai juga bakal menjadi daya tarik yang luar biasa bagi kalangan wisatawan.

Hetifah mengatakan bahwa Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif dan Komisi X DPR RI juga sedang merumuskan kebijakan dan regulasi untuk memulihkan kembali pariwisata Indonesia.

Apalagi, menurut dia pariwisata merupakan sektor yang paling terdampak oleh COVID-19 sehingga diperlukan berbagai strategi dan terobosan dalam mengatasinya.

"Kita perlu strategi dan terobosan-terobosan, mengingat ratusan ribu orang bekerja di sektor pariwisata dan imbasnya terhadap perekonomian negara harus dipikirkan secara serius," ujarnya.

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2020