Jakarta (ANTARA) - Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut UMKM menghadapi tantangan dalam membangun ekosistem di era digital sehingga pemerintah bertekad untuk memberikan berbagai kemudahan dan stimulus.

Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki dalam web seminar bertajuk “Digital Economy dan Pemberdayaan UMKM: Tantangan Membangun Ekosistemnya”, Rabu, mengatakan pemerintah berupaya optimal untuk menyelamatkan UMKM dengan berbagai stimulus senilai Rp600 triliun, baik lewat bantuan sosial (bansos) ataupun bantuan modal kerja, agar bisa ekonomi bergerak kembali, juga menekan bertambahnya angka pengangguran dan tingkat kemiskinan.

“Pemerintah berusaha membangkitkan UMKM dengan berbagai cara karena di sana ada 60 juta pengusaha UMKM, belum lagi jumlah tenaga kerjanya," kata Teten.

Namun, dari semua UMKM yang terdampak, ada UMKM yang bisa bertahan dan tumbuh yakni UMKM yang sudah terhubung ke marketplace atau terkoneksi secara digital yang jumlahnya sekitar 13 persen dari seluruh pelaku UMKM di tanah air.

Baca juga: Teten apresiasi ratusan UMKM kuliner "go marketplace"

Menurut dia, mereka yang cenderung dapat bertahan adalah UMKM yang melakukan adaptasi bisnis dan inovasi produk, sesuai permintaan market yang baru.

“Orang sekarang lebih untuk mengkonsumsi makanan, minuman, kebutuan kesehatan, dan kebutuhan rumah tangga. Yang fashion berkurang. Tapi ada perajin batik jualan batik fashion ke daster, lakunya bukan main. Itulah inovasi dan adaptasi bisnis,“ kata Teten.

Menurutnya, kondisi UMKM saat ini berbeda saat krisis pada 1998, dimana UMKM menjadi pahlawan ekonomi. Namun, dirinya yakin saat ini UMKM masih bisa menjadi bantalan ekonomi nasional dengan stimulus yang diberikan pemerintah.

Selain stimulus, Kementerian Koperasi dan UKM saat ini juga terus mendorong digitalisasi di sektor UMKM, termasuk membangun database UMKM.

Sebab ia menambahkan saat ini database UMKM ada di 18 kementerian dan 40 lembaga terkait yang belum terintegrasi.

Baca juga: Cyronium akan luncurkan marketplace khusus UKM

“Ke depan, pemerintah akan terus membenahi sistem pembiayaan yang ramah, mudah, dan murah bagi UMKM, supaya bisa melahirkan startup-startup baru,” katanya.

Sementara itu, Iqbal Farabi, wakil Komite Tetap Bidang UMKM Kadin Indonesia mengatakan, berkaca kepada sejumlah strategi UMKM mulai dari pembiyaan, perpajakan, pelindungan konsumen, pendidikan, sampai sumber daya manusia, sebagian besar UMKM bermodal nekad dan keluasan jaringan.

“Para pelaku ekonomi digital dan UMKM sudah siap masuk ke era sekarang. Tapi memang butuh sinergi antara Kementerian terkait, lembaga lain, supaya para pelaku ini bisa naik kelas. Ada prediksi di 2025 potensi ekonomi digital kita bisa sampai Rp200 triliun. Ini artinya, UMKM tak bisa lagi dilihat sebelah mata,” katanya.

Sedangkan Presiden Direktur OVO Karaniya Dharmasaputra menuturkan, perkembangan digital teknologi, digital ekonomi, dan “financial techlolog” menjadi peluang di Indonesia, termasuk bagi pelaku UMKM.

“Karakter utama dari perusahaan digital ini, ekosistemnya menyasar ke menengah bawah, UMKM. Sudah tercipta sistem untuk memanfaatkan teknologi yang dikembangkan oleh perusahaan-perusahaan ini,” katanya.

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020