Chicago (ANTARA) - Harga emas naik tipis pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), karena lonjakan kasus COVID-19 dan meningkatnya ketegangan Amerika Serikat-China mendorong permintaan terhadap aset safe-haven, tetapi pasar ekuitas yang kuat membatasi kenaikannya.

Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman Agustus di divisi COMEX New York Mercantile Exchange, menguat 0,4 dolar AS atau 0,02 persen, menjadi ditutup pada 1.813,8 dolar AS per ounce. Sehari sebelumnya (Rabu, 15/7/2020) emas berjangka turun tipis 0,7 dolar AS atau 0,04 persen, menjadi 1.813,40 dolar AS per ounce.

Emas berjangka melonjak 12,2 dolar AS atau 0,68 persen menjadi 1.814,10 dolar AS pada Selasa (13/7/2020), setelah melemah 1,9 dolar AS atau 0,11 persen menjadi 1.801,90 dolar AS per ounce pada Jumat (10/7/2020), melanjutkan penurunan16,8 dolar AS atau 0,92 persen menjadi 1.803,80 dolar AS pada Kamis (9/7/2020).

"Lonjakan kasus yang dikonfirmasi, terutama di seluruh AS, langkah-langkah penguncian yang diterapkan kembali, serta meningkatnya ketegangan geopolitik antara AS dan China, telah mendukung pelarian ke aset aman emas," kata analis Standard Chartered, Suki Cooper.

Presiden Donald Trump pada Selasa (14/7/2020) memerintahkan untuk mengakhiri status khusus Hong Kong di bawah hukum AS, yang memberikan perlakuan ekonomi istimewa kepada kota tersebut, mendorong Beijing untuk memperingatkan sanksi pembalasan.

Kenaikan saham-saham AS menyusul hasil triwulanan kuat yang ditunjukkan oleh Goldman Sachs dan data awal yang menjanjikan untuk vaksin COVID-19 potensial, mengimbangi beberapa faktor bullish untuk emas.

"Ekuitas yang lebih kuat dan optimisme vaksin telah membatasi momentum kenaikan emas, mendukung selera risiko, tetapi minat investor yang mendasarinya tetap kuat," tambah Cooper.

Namun dolar AS yang turun 0,2 persen terhadap mata uang saingannya, juga memberikan dukungan terhadap emas.

Emas, yang secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi dan penurunan nilai mata uang, telah meningkat lebih dari 19 persen sepanjang tahun ini, terutama diuntungkan dari suku bunga yang lebih rendah dan langkah-langkah stimulus luas dari bank-bank sentral utama.

Harga emas dapat menyentuh 2.000 dolar AS per oounce pada akhir tahun, dibantu oleh suku bunga riil yang lebih rendah, stimulus fiskal besar-besaran dan ekonomi yang lemah, kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago.

Logam mulia lainnya, perak untuk pengiriman September naik 23,1 sen atau 1,18 persen, menjadi ditutup pada 19,761 dolar AS per ounce. Platinum untuk pengiriman Oktober naik 6,4 dolar AS atau 0,76 persen, menjadi ditutup pada 843,2 dolar AS per ounce.

Baca juga: Emas turun karena ambil untung, namun ditopang lonjakan kasus corona
Baca juga: Harga emas "rebound" 12,2 dolar AS, dipicu melonjaknya kasus Corona
Baca juga: Emas tergelincir tertekan kenaikan ekuitas meski kasus virus meningkat

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020