London (ANTARA News) - Kartel minyak OPEC bisa kehilangan pendapatan 4,0 triliun dolar antara saatini hingga 2030, jika sebuah konferensi PBB di Kopenhagen bulan depan mencapai sebuah kesepakatan pengekangan pemanasan global, Badan Energi Internasional (IEA) mengatakan Selasa seperti dilaporkan AFP.

"Negara-negara produsen sangat khawatir tentang apa yang akan terjadi pada pendapatan mereka," kata kepala ekonom IEA Fatih Birol, yang mempresentasikan laporan Prospek Energi Dunia (World Energy Outlook) di sini.

"Dengan kebijakan yang berlaku saat ini, pendapatan OPEC akan menjadi sekitar 28 triliun dolar (18,7 triliun euro) antara tahun 2008 dan 2030 jika tidak ada perubahan kesepakatan iklim," katanya.

"Jika ada kesepakatan, pendapatan OPEC akan menjadi hanya 24 triliun dolar." Skenario IEA yang didasarkan pada asumsi bahwa konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer akan dibatasi sampai 450 bagian per juta, yang ilmuwan mengatakan pada gilirannya akan membatasi kenaikan suhu global hingga 2,0 derajat.

Dengan tidak adanya perubahan dalam kebijakan energi saat ini, permintaan minyak dunia akan datang menjadi 105,2 juta barel per hari antara sekarang dan 2030, menurut IEA.

Dengan keterbatasan yang dibayangkan oleh lembaga itu, permintaan akan datang menjadi hanya 89 juta barel per hari pada 2030.

IEA dalam laporannya mengatakan estimasi 4,0 triliun dolar "dapat dilihat hanya sebagai penundaan pendapatan, karena lebih banyak cadangan yang tersisa di bawah tanah untuk menghasilkan pendapatan bagi generasi mendatang."

Menteri Energi Aljazair Chakib Khelil mengatakan Minggu, bahwa 13 anggota OPEC prihatin tentang dampak terhadap ekonomi mereka dari pajak baru pada industri minyak dan gas jika disetujui di Kopenhagen.

Khelil mengatakan produsen OPEC, termasuk Aljazair, akan bekerja sama untuk menyerang posisi yang umum jelang konferensi Desember "dalam rangka melindungi kepentingan mereka."

Jose Maria Botelho de Vasconcelos, menteri minyak Angola dan presiden OPEC saat ini, bersumpah bulan lalu bahwa produsen minyak utama dunia akan menolak setiap gerakan yang akan menghukum industri mereka.

"Produsen minyak harus memastikan bahwa kepentingan mereka benar terwakili pasca perjanjian Kyoto," katanya pada sebuah pertemuan puncak OPEC di Wina.

Di Kopenhagen, para pemimpin dunia akan mencoba untuk menmperkuat kesepakatan baru untuk memerangi perubahan iklim setelah persyaratan Protokol Kyoto berakhir pada tahun 2012. (*)

Pewarta:
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2009