Moskow, (ANTARA News) - Rusia bersedia mendukung sanksi-sanksi terhadap Iran berkaitan dengan sengketa program nuklirnya, kata surat kabar harian Kommersant Sabtu, mengutip sumber-sumber di pemerintahan Presiden Dmitry Medvedev.

"Saat ini sumber kami di kantor kepresidenan mengatakan lebih sering bahwa Moskow `100 persen bersedia` mendukung sanksi-sanksi terhadap Iran," tulis surat kabar itu, sebagaimana dikutip dari AFP.

Masyarakat internasional telah meningkatkan tekanan terhadap Iran, karena negara itu mengabaikan usul yang diprakarsai Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) bahwa pihaknya harus membantu menyingkirkan ketegangan-ketegangan berkaitan dengan program nuklirnya itu.

Menurut surat kabar itu, `kata akhir mengenai penerimaan sanksi-sanksi itu tinggal Presiden Rusia dan Amerika,` Medvedev dan Barack Obama, yang dijadwalkan Ahad di sela-sela konferensi tingkat tinggi (KTT) Asia Pasifik di Singapura.

"Mereka tak hanya membicarakan situasi di sekitar program nuklir Iran, namun juga memutuskan kapan sanksi-sanksi itu akan diberlakukan," kata surat kabar tersebut.

Rusia dan China, dua negara anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB sebelumnya skeptis terhadap pengketatan sanksi terhadap Iran itu.

Namun ada ketidak-sabaran yang memuncak di kalangan negara Barat, sementara negara-negara kuat dunia masih menunggu respon Teheran terhadap penawaran yang disampaikan oleh pengamat nuklir PBB bulan lalu, untuk memilih negara-negara termasuk Rusia guna membantu pengayaan uranium Iran.

Iran mengirimkan uraniumnya ke luar negeri untuk diperkaya menjadi bahan bakar, yang akan membantu kekhawatiran di kalangan negara-negara Barat bahwa Iran berusaha untuk mengembangkan persenjataan nuklir, dengan kedok program energi nuklir untuk sipil.

Seperti Iran, Rusia mengatakan bahwa tak ada bukti untuk mendukung tuduhan-tuduhan tersebut.

Namun demikian pihaknya juga menyerukan Teheran untuk menunjukkan keterbukaan maksimal dan bekerjasa dengan masyarakat internasional.

Medvedev telah mengeluarkan pernyataan dengan sangat berhati-hati yang mengisyaratkan bahwa sanksi keras tidak dapat dikesampingkan.(*)

Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009