Kalau penggilingan padi kita optimalkan maka 'losses' bisa kita kurangi
Jakarta (ANTARA) - Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementan melalui Balai Besar Litbang Pascapanen Pertanian (BB Pascapanen) melakukan revitalisasi rice milling unit (RMU) untuk memperbaiki kinerja penggilingan padi di Laboratorium Mutu Beras dan Pascapanen Serealia Lainnya di Karawang, Jawa Barat.

Revitalisasi RMU tersebut menghasilkan beras berkualitas premium dan medium yang diluncurkan di Laboratorium Mutu Beras, Karawang, Jawa Barat, Selasa.

Baca juga: Balitbangtan gandeng PT Spinindo luncurkan beras premium

Kepala BB Pascapanen Prayudi Syamsuri mengatakan revitalisasi unit penggilingan beras tersebut merupakan upaya BB Pascapanen untuk menekan keberagaman dan meningkatkan mutu fisik beras dengan cara yang relatif efektif dan efisien.

"Permasalahan yang harus dijawab yaitu masih tingginya losses (kehilangan hasil) di pascapanen. Kalau semakin banyak beras patah, maka semakin banyak rendemen yang terbuang, karena itu harus kita minimalisir. Kalau penggilingan padi kita optimalkan maka losses bisa kita kurangi," kata Prayudi, yang mewakili Kepala Balitbangtan dalam Peluncuran Beras Premium.

Menurut dia, Lab Mutu Beras tersebut merupakan pusat pelatihan operator penggilingan padi di Indonesia. Melalui kerja sama dengan dinas-dinas, setiap tahun dilakukan bimbingan teknis untuk mencetak operator-operator penggilingan padi.

Revitalisasi unit penggilingan beras tersebut menjadi model percontohan yang akan didiseminasikan kepada para stakeholder/pengguna penggilingan.

Peneliti Senior BB Pascapanen Ridwan Rachmat mengatakan teknologi pengolahan padi sudah lama dikenal di Indonesia, namun pengolahan padi di Indonesia masih sangat variatif dari teknologi sederhana hingga teknologi serba otomatis.

Kualitas beras yang dihasilkan bervariasi, mulai dari kualitas beras giling yang rendah hingga beras premium dengan rendemen tinggi. Kondisi ini masih diperparah dengan umur alat yang lebih dari 10 tahun.

Kualitas beras yang dihasilkan masih rendah dengan tingkat broken di atas 20 persen dan tidak seragam.

"Selain itu, biaya pengolahan masih tinggi atau belum efisien dan tingkat kehilangan hasil relatif masih tinggi. Manajemen pengelolaannya juga masih tradisional. Sementara, penggilingan padi keliling berkembang, tapi kurang memperhatikan aspek mutu beras," katanya.

Menurut Ridwan, RMU hasil revitalisasi berkapasitas maksimal 1,5 ton input per jam telah menunjukkan adanya peningkatan kualitas beras hasil giling dengan peningkatan rendemen masing-masing satu persen untuk VUB Ciherang dan VUB Inpari 32.

Penggilingan padi hasil revitalisasi RMU, tambahnya, telah dilengkapi dengan penambahan whitener dan mist polisher serta penambahan elevator dan tanki tempering.

Konfigurasi RMU ini, lanjutnya, berpotensi menjadi model yang mampu memproduksi beras premium dengan tiga alternatif input bahan baku yaitu dari gabah kering giling (GKG), beras pecah kulit (BPK) dan dari beras sosoh asalan/berkualitas rendah.

Selain itu, RMU hasil revitalisasi ini juga dapat diterapkan pada RMU skala menengah (PPM) menjadi fasilitas reprocessing beras yang telah melewati masa simpan empat bulan, sesuai Peraturan Mentan No 38 Tahun 2018 tentang Cadangan Beras Pemerintah (CBP) maksimal empat bulan.

Baca juga: Balitbangtan lepas Biobestari Agritan, padi gogo produktivitas tinggi
Baca juga: Balibangtan: Optimalisasi lahan rawa strategi amankan pangan MK 2020

Pewarta: Subagyo
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020