Jakarta (ANTARA) - Salah satu yang bisa orang tua dan orang dewasa lakukan agar anak-anak terlatih memiliki pemecahan atas masalahnya sendiri selain menyakiti dirinya yakni mengajarkan ketangguhan.

"Untuk seorang anak mampu mempunyai pemecahan masalah selain yang sifatnya bunuh diri, seorang anak perlu punya sebuah ketangguhan. Kita perlu membantu mereka memiliki sebuah ketangguhan," ujar psikolog anak dari Ikatan Psikolog Klinis Indonesia, Annelia Sani Sari dalam webinar #HaloTalks, Kamis.

Menurut Anne, sesuai sejumlah penelitian, ketangguhan anak bisa dibentuk dengan memperbaiki relasi antara orang tua, anak dan keluarganya. Untuk itu, sebagai orang tua atau orang dewasa di sekitar anak, jalinlah hubungan yang baik dengan anak.

Baca juga: Hari Anak Nasional, Halodoc edukasi pentingnya kesehatan mental anak

Baca juga: Halodoc buka kanal khusus kesehatan jiwa


Caranya antara lain mendengarkan anak, melihat masalah dari sudut pandang dia. Anda bisa saja berpikir masalah anak sederhana, tetapi sebenarnya bagi anak masalahnya bisa menjadi masalah besar.

"Kalau kita memvalidasi perasaanya, lalu berempati sama dia tentang apa yang dia rasakan, maka relasi kita akan lebih bagus. Anak yang relasinya lebih bagus maka dia akan lebih tangguh. Anak yang lebih tangguh, akan mampu melihat jalan keluar lain selain menyakiti dirinya sendiri atau bunuh diri," papar Anne.

Di sisi lain, orang tua juga harus pemahaman apa yang terjadi pada anak bisa terjadi pada semua orang. Lalu, percaya semua masalah ada jalan keluar lalu dampingi anak.

"Perlu juga diberitahu ke anak, 'kami di tim kamu. Yuk kita cari bantuan'. Ada orang tua yang edukasinya masih kurang lalu bilang 'kamu gitu saja jadi pikiran'. Ketika kita validasi itu masalah buat dia, kita berharap anak lebih tangguh menghadapi masalahnya karena stigma itu enggak bisa kita cegah," jelas Anne.

Baca juga: Kominfo hadirkan layanan Teledokter di aplikasi PeduliLindungi

Baca juga: Pentingnya pantau "big data" demi keberlangsungan startup saat pandemi


Lalu adakah cara bisa lebih dekat dengan anak dan menggali jika ada masalah yang dia hadapi?

Anne mengatakan, pertama, banyaklah mengobrol dengannya untuk saling berbagi ayang sedang dirasakan. Keluarkan berbagai kecemasan.

"Orang tua dan keluarga perlu bentuk zona nyaman anak bisa bercerita tanpa dihakimi, disalahkan," kata dia.

Setelah itu, berikan kepercayaan pada anak kalau ada jalan keluar dari semua masalah.

Jangan lupa jagalah kesehatan fisik untuk membantu kesehatan mental. Jagalah makan, istirahat dan berolahraga sembari menjaga keamanan diri misalnya bisa ke luar rumah tetapi tidak berkerumun dan melakukan proteksi seperti mengenakan masker.

Anne mengingatkan, pada anak yang lebih tertutup sebaiknya ajak dia berbicara perlahan. Sementara pada anak yang lebih terbuka biasanya akan lebih mudah untuk berbicara dan menggali perasannya.

"Libatkan orang terdekat anak, bisa jadi jalur masuk untuk bisa mendekati si anak. Intinya buat relasi baik sehingga dia melihat di lingkungannya ada banyak orang yang akan membantu dia mengatasi masalahnya. Semua hal ada solusi. Fokus pada solusi," demikian papar Anne.

Baca juga: Mau rapid test COVID-19? Bisa buat janji via Halodoc

Baca juga: Prudential dan Halodoc sediakan Rapid Test COVID-19 tanpa biaya

Baca juga: Halodoc gratiskan kuota internet lewat Telkomsel

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Alviansyah Pasaribu
Copyright © ANTARA 2020