Indra berperan dalam melihat respons antibodi dari orang yang diberikan vaksin. Hal ini penting untuk melihat efek samping maupun kemanjuran vaksin
Jakarta (ANTARA) - Persatuan Pelajar Indonesia di Inggris (PPI UK) mengapresiasi seorang mahasiswa Indonesia atas keterlibatannya dalam penelitian vaksin COVID-19 yang dijalankan oleh Universitas Oxford.

Indra Rudiansyah (28) adalah mahasiswa Indonesia yang tengah menempuh pendidikan S3 jurusan Kedokteran Medis di Universitas Oxford dan bergabung dalam tim Gugus Pengembangan Vaksin COVID-19 universitas tersebut ketika pandemi mulai merebak.

"Indra berperan dalam melihat respons antibodi dari orang yang diberikan vaksin. Hal ini penting untuk melihat efek samping maupun kemanjuran vaksin," tulis PPI UK dalam unggahan dengan tulisan pembuka "[BANGGA]" pada akun media sosial resmi yang diakses ANTARA di Jakarta, Kamis.

Dalam wawancara dengan ANTARA London, Selasa (21/7), Indra sendiri mengatakan dia merasa bangga dengan keterlibatannya tersebut.

"Saya tentunya sangat bangga bisa tergabung ke dalam tim untuk uji klinis vaksin COVID-19 ini, meskipun ini bukan penelitian utama untuk tesis saya... (juga) karena dapat berkontribusi secara nyata untuk menghadapi pandemi ini," kata dia.

Baca juga: AS tanda tangani kontrak dengan Pfizer untuk 100 juta dosis vaksin
Baca juga: Relawan uji coba tahap tiga Vaksin Sinovac China dilindungi asuransi


Penelitian Indra dalam studinya berfokus pada vaksin malaria. Namun ketika pandemi mulai terjadi, ia mendapat tawaran untuk bergabung dalam tim vaksin COVID-19, demikian menurut mahasiswa yang sebelumnya berkuliah di ITB tersebut.

Pada Senin (20/7), pihak peneliti menyatakan bahwa vaksin potensial untuk COVID-19 yang dikembangkan Oxford dengan lisensi dari perusahaan AstraZeneca menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam uji coba pertama pada manusia.

Pemerintah Inggris menyambut baik hasil uji tersebut dan menyebutnya sebagai "kabar yang amat positif" di tengah pandemi COVID-19 yang masih berlangsung serta harapan masyarakat dunia akan penemuan vaksin untuk melawan virus corona.

Walaupun begitu, tim peneliti sendiri menambahkan bahwa hasil uji ini masih merupakan tahap awal, sehingga masih banyak proses yang harus dilakukan sebelum vaksin tersebut dinyatakan efektif untuk COVID-19.

"Kami masih belum tahu seberapa kuat respons imun yang diperlukan untuk memberi perlindungan efektif dari infeksi SARS-CoV-2," ujar pemimpin tim penelitian, Sarah Gilbert, seperti dikutip dari Reuters.

Baca juga: Selain China, Indonesia kembangkan vaksin COVID-19 bersama Korsel
Baca juga: WHO: penggunaan vaksin pertama COVID-19 belum bisa di awal 2021

Pewarta: Suwanti, Zeynita Gibbons
Editor: Mulyo Sunyoto
Copyright © ANTARA 2020