Kota Ambon dipilih sebagai tempat peringatan karena telah terpilih oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) sebagai kota ke-34 situs perdamaian dunia.
Puncak peringatan pada acara yang dimulai pada pukul 10.00 WIT itu akan ditandai oleh pemukulan gong perdamaian dunia hasil karya seniman dari Jepara, Jawa Tengah.
Gong perdamaian dunia pertama kali diciptakan pasca musibah bom Bali I akhir tahun 2002 dan pertama kali dibunyikan oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 31 Desember 2002 untuk mencanangkan tahun 2003 sebagai tahun perdamaian Indonesia.
Untuk kedua kalinya, gong itu dibunyikan oleh Setjen PBB di Jenewa, Swiss untuk membuka "Second Global Summit on World Peace."
Selanjutnya, gong yang berasal dari Desa Plajanmlonggo, Jepara, Jawa Tengah, itu dibawa keliling dunia untuk menggemakan pesan perdamaian bagi umat manusia di seluruh muka bumi.
Saat ini, gong perdamaian dunia yang di lingkaran luarnya bergambar bendera seluruh negara di dunia dan simbol-simbol agama di dunia di lingkaran dalamnya itu, telah "disemayamkan" di 34 kota di dunia.
Kehadiran gong perdamaian dunia di Kota Ambon yang pernah dilanda konflik sosial pada 1999-2004 diharapkan dapat menggugah masyarakat Maluku untuk hidup berdampingan sebagai satu keluarga besar.
Pada peringatan hari perdamaian dunia 2009, Presiden Yudhoyono yang didampingi Ibu Ani sekaligus menandatangani prasasti peresmian monumen gong perdamaian dunia yang ditempatkan di tengah Taman Pelita Kota Ambon.
Peringatan Hari Perdamaian Dunia menurut resolusi PBB jatuh setiap tanggal 21 September. Namun karena di Indonesia peringatan tersebut berbarengan dengan Hari Idul Fitri, maka baru dilaksanakan pada 25 November 2009.
Sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu II yang turut menghadiri peringatan Hari Perdamaian Dunia di Kota Ambon antara lain Menko Kesejahteraan Rakyat Agung Laksono, Menko Polhukam Djoko Suyanto, Menteri Komunikasi dan Informatika Tifatul Sembiring, Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Andi Mallarangeng, dan Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan Linda Gumelar.(*)
Pewarta:
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2009