Pascapandemi COVID-19 menuntut upaya lebih dari Indonesia dan Australia untuk memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia melalui Kemenparekraf/Baparekraf memperkuat kerja sama dengan Australia dalam upaya memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif yang terpuruk akibat pandemi COVID-19.

Plt Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) Frans Teguh di Jakarta, Sabtu, mengatakan perubahan yang terjadi pascapandemi COVID-19 menuntut upaya lebih dari Indonesia dan Australia untuk memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif.

"Dalam menghadapi tantangan dan melihat peluang yang ada, kami sepakat melakukan pertemuan virtual untuk saling berbagi informasi terkait langkah yang sudah diterapkan untuk memulihkan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif serta untuk mengeksplorasi potensi kerja sama ekonomi kreatif antara Indonesia dan Australia," kata Frans Teguh.

Baca juga: Kemenparekraf: Protokol kesehatan kunci kebangkitan pariwisata

Direktur Hubungan Antarlembaga Kemenparekraf/Baparekraf K Candra Negara menambahkan Indonesia dan Australia telah menandatangani kerja sama bidang ekonomi kreatif pada 31 Agustus 2018 di Bogor, Jawa Barat.

Lingkup kerja sama meliputi penyiaran, seni visual termasuk kriya, fine arts, fotografi, dan industri kreatif termasuk seni pertunjukan, screen production yang terdiri atas animasi dan efek visual, gim, musik, literatur dan penerbitan, desain, fesyen, arsitektur, warisan budaya, dan sebagainya.

Selain itu, Indonesia merupakan destinasi tujuan terbesar kedua setelah New Zealand bagi Australia dengan tiga terbaik destinasi wisatawan Australia yaitu Bali, Jakarta, dan Kepulauan Riau.

BPS mencatat pada 2019 kunjungan wisman asal Austalia mencapai 1.386.803 dengan rata-rata spending per visit mencapai 1.900 dolar AS. Selain itu, total seats penerbangan dari Australia ke Indonesia mencapai 42.579 per minggu dan frekuensi penerbangan mencapai 199 per minggu.

"Turunnya jumlah wisman ke Indonesia khususnya wisman asal Australia menuntut kita menyusun langkah kreatif, salah satunya dengan menguatkan kerja sama melalui webinar internasional di bidang pariwisata dan ekonomi kreatif, salah satunya dengan Australia," kata Candra.

Melalui pertemuan virtual yang dikemas dalam webinar bilateral antara kedua negara pada 24 Juli 2020 itu diharapkan ada informasi dan insight mengenai potensi industri pariwisata dan ekonomi kreatif yang bisa diperkuat kerja samanya antara Indonesia dan Australia di era adaptasi baru.

Deputy Chief of Mission Indonesian Embassy In Canberra Mohammad Syarif Alatas  mengatakan perlu adanya pembukaan koridor perjalanan dengan melakukan travel bubble.

"Tujuannya ialah memudahkan masyarakat yang melintasi perbatasan dengan catatan Indonesia dan Australia sudah berhasil mengontrol situasi ini sehingga menciptakan sebuah gelembung atau koridor perjalanan wisata," kata Syarif Alatas.

Australia juga telah berencana untuk membuka perbatasan dengan kesepakatan lewat travel bubble yang merupakan zona bepergian secara bebas, dengan syarat tidak keluar dari batasan yang ada.

Australia dan Selandia Baru adalah negara yang pertama mengusung konsep tersebut, setelah melihat grafik penurunan COVID-19 yang mulai menurun antarkedua negara.

Sementara Regional General Manager South-South East Asia Tourism Australia Brent Anderson menambahkan Australia juga melakukan beberapa langkah strategis untuk pemulihan di sektor pariwisata, seperti tetap menjaga hubungan dan menjalin kerja sama dengan perusahaan atau lembaga serta beberapa negara terkait industri pariwisata dan ekonomi kreatif dan mengutamakan kebutuhan, kesehatan, dan keselamatan wisatawan.

"Selain itu, Australia juga melakukan kampanye dengan konsep With Love From Aus. Kami melakukan kampanye tersebut untuk menyambut hangat wisatawan mancanegara saat pandemi COVID-19 mereda di kemudian hari," ujarnya.

Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Pancasila Devi Roza K Kausar mengatakan situasi pandemi COVID-19 membuat sektor pariwisata dan ekonomi kreatif berfikir kembali mengenai kebijakan destinasi wisata yang sesuai, seperti menekankan pada kualitas destinasi daripada kuantitas pengunjung, meningkatkan partisipasi masyarakat sekitar destinasi dan wisatawan lokal, serta lebih memperhatikan faktor kesehatan dan keamanan wisatawan.

Pada masa adaptasi kebiasaan baru, Indonesia dan Australia juga sepakat untuk mengutamakan protokol kesehatan yang dianggap sangat penting bagi wisatawan.

Sebab, dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat akan menimbulkan kepercayaan wisatawan sehingga sektor pariwisata dan ekonomi kreatif dapat berangsur pulih kembali.

Baca juga: Yogyakarta perketat aturan, wisatawan diwajibkan bawa surat sehat
Baca juga: Kemenparekraf buka pendaftaran program bantuan insentif pemerintah

Pewarta: Hanni Sofia
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020