Jakarta (ANTARA) - Indonesia menyatakan sikap optimistis dan penuh harapan akan hubungan yang baik dan tumbuh positif dengan Amerika Serikat usai pemilihan umum, di bawah pemerintahan siapapun calon presiden yang akan memenangi pemilu pada bulan November mendatang.

“Indonesia dan AS telah memiliki hubungan yang kuat dan saling terkait. Hubungan bilateral berkembang positif terlepas dari perubahan pemerintahan baik dari AS maupun Indonesia,” kata Direktur Amerika 1 Kementerian Luar Negeri RI, Zelda Wulan Kartika, dalam acara diskusi bertajuk ‘Dampak Pemilu AS terhadap Hubungan RI-AS yang digelar secara virtual dari Jakarta, Selasa.

Dalam paparannya, Zelda mengatakan bahwa pemilihan umum di Amerika Serikat memang selalu menarik karena berdampak pada hampir seluruh negara di dunia.

Dia mengatakan bahwa berdasarkan pengamatannya, kepentingan nasional dan tujuan AS pada dasarnya tetap sama.

“Hanya saja apakah pemerintahan dipegang oleh (presiden dari) Partai Demokrat atau Republik, gaya yang dipegang berbeda dan ada fokus yang berbeda,” ujarnya.

Menjelang pemilihan umum AS yang akan datang pada bulan November mendatang, dia pun memaparkan kebijakan-kebijakan yang menjadi bentuk antisipasi Indonesia dalam hubungan dengan Amerika Serikat di bawah kepemimpinan presiden terpilih, baik itu petahana Presiden Donald Trump dari Partai Republik, maupun capres Partai Demokrat Joe Biden, yang juga mantan wapres masa pemerintahan Presiden Barack Obama.

“Apabila Trump kembali terpilih, situasi diperkirakan akan sama, atau mungkin lebih dari empat tahun terakhir. Pendekatan ke pemerintah AS pun akan menekankan pendekatan bilateral yang saling menguntungakan, khususnya dalam sektor ekonomi,” jelas Zelda.

Indonesia juga dapat memanfaatkan fokus pemerintahan Trump dalam ekonomi dan perdagangan, mengingat Indonesia memiliki target untuk meningkatkan volume dagang menjadi dua kali lebih besar.

Selain itu, menurut dia, eskalasi dengan AS dengan China kemungkinan akan terus berlanjut di bawah kepemimpinan Trump, bahkan mungkin meningkat.

“Namun ini juga memberikan peluang di bidang investasi, bahwa ada peluang relokasi dari perusahaan asing khususnya perusahaan AS, dari China,” lanjutnya.

Sementara itu, apabila capres Joe Biden terpilih untuk memimpin negara adidaya itu selama empat tahun ke depan, maka menurut dia, pendekatan multilateral akan dapat dilakukan untuk menghadapi pemerintah AS, di samping hubungan bilateral antar kedua negara.

“Terkait isu multilateral saya ingat Biden mengatakan akan kembali ke JCPOA (Joint Comprehensive Plan of Action) sehingga (AS) mungkin akan kembali ke forum multilateral lain,” katanya.

Selain itu, isu-isu keamanan konvensional seperti lingkungan hidup, demokrasi, dan imigrasi kemungkinan akan menjadi perhatian AS di bawah pimpinan Biden dan Partai Demokrat. Selain itu, ada pula isu hak asasi manusia, yang menurut Zelda perlu menjadi perhatian pemerintah Indonesia, namun dapat pula dimanfaatkan menjadi keuntungan yang memperkuat hubungan kedua negara.

Dia berharap agar hubungan kedua negara terus bertumbuh positif, karena selama ini RI dan AS telah dapat menjaga hubungan baik tanpa adanya pertentangan yang mengancam relasi tersebut.

“Meski ada pasang surut, sesuatu yang wajar dalam satu hubungan, tetapi belum ada pertentangan yang begitu kuat antara kedua negara yang mengancam putusnya hubungan bilateral. Ini harus dijaga. Saya perpendapat siapapun yang menang, saya hopefuldan positif bahwa kemitraan kedua negara akan berjalan dengan baik,” katanya menutup.

Baca juga: AS beri bantuan kesehatan senilai 2,3 juta dolar pada Indonesia
Baca juga: RI perkuat hubungan dagang dengan Amerika Serikat
Baca juga: Dubes AS berharap duta muda Indonesia pererat hubungan dua negara


Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2020