Tak jarang, dengan adanya ide ide baru tersebut nasabah kemudian membutuhkan penambahan pembiayaan. Jadi berbagai cara kami lakukan agar semangat mereka untuk berusaha terus menyala, inilah hal terpenting dalam melayani mereka
Jakarta (ANTARA) - PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah Tbk tetap mendampingi nasabah ultra mikro yang terdampak COVID-19 meski kinerja perseroan juga terkena imbas pandemi tersebut.

"Karena fokus melayani prasejahtera yang merupakan nasabah ultra mikro, tentunya secara alamiah pandemi ini memberi dampak terhadap kinerja perusahaan. Namun kami telah melakukan antisipasi dengan baik, seperti meningkatkan setinggi tingginya pencadangan, dengan demikian Insya Allah kami akan menyerap semua risiko yang mungkin timbul di masa mendatang sebagai akibat perlambatan pertumbuhan bisnis karena pandemi," kata Direktur BTPN Syariah Fachmy Achmad dalam keterangan di Jakarta, Rabu.

Ia menuturkan, tetap menjaga optimisme masyarakat prasejahtera produktif yang menjadi fokus pelayanan BTPN Syariah adalah langkah yang dilakukan bank di tengah pandemi. Cara tersebut dinilai efektif untuk terus menyalakan semangat berusaha kepada nasabah pembiayaannya.

Optimisme dibangun melalui komunikasi intensif yang dilakukan langsung oleh "community officer", sebutan bagi petugas lapangan bank yang bertugas tidak hanya melayani transaksi perbankan nasabah, namun juga melakukan pendampingan melalui berbagai program pemberdayaan yang sejak awal pelayanan dilakukan dengan cara mendatangi langsung di sentra sentra nasabah.

Dalam situasi pandemi seperti ini, meski ada tantangan dengan pembatasan pertemuan fisik, namun petugas kami tetap membangun komunikasi melalui telepon atau pesan singkat. Tujuannya untuk mengetahui bagaimana pandemi ini berdampak terhadap usaha yang mereka lakukan, kemudian saling menyemangati, membangun optimisme, dan mendengarkan keluhan serta kebutuhan mereka.

"Intinya, dalam situasi sulit ini, kami harus lebih dekat dengan nasabah kami. Dengan komunikasi tersebut terkadang muncul ide baru yang bisa digunakan nasabah untuk keluar dari keterbatasan karena pandemi. Misalnya, mencoba mengubah fokus produksi mereka," ujar Fachmy.

Salah satu contoh nasabah adalah Ai Rodiah di Cikajang Garut Jawa Barat, yang semula memproduksi seragam sekolah beralih ke produksi Alat Pelindung Diri (APD) yang dibutuhkan tenaga medis.

"Tak jarang, dengan adanya ide ide baru tersebut nasabah kemudian membutuhkan penambahan pembiayaan. Jadi berbagai cara kami lakukan agar semangat mereka untuk berusaha terus menyala, inilah hal terpenting dalam melayani mereka," kata Fachmy.

Selain tetap memberikan dukungan non finansial melalui komunikasi, lanjut Fachmy, bank juga tetap memberikan kemudahan bagi nasabah yang terdampak, mulai dari restrukturisasi, penundaan angsuran, hingga memberikan pembiayaan baru.

"Hal tersebut dilakukan sebagai bagian tanggung jawab kami kepada semua stakeholders. Kami juga berusaha keras agar rasio likuiditas terjaga dengan baik dan sehat, sehingga kuat menopang target yang telah dicanangkan," ujar Fachmy.

Baca juga: Pembiayaan BTPN Syariah tumbuh 23,7 persen pada 2019

Fachmy menambahkan, BTPN Syariah memberikan dukungan penuh sesuai kebutuhan nasabah pembiayaan, namun tetap mengedepankan prinsip kehati hatian. Dalam masa menantang seperti ini, pihaknya tentu selektif mengucurkan pembiayaan baru kepada nasabah baru, agar terhindar dari risiko bermasalah.

"Kami mempelajari bahwa di masa pandemi ini mereka tidak hanya membutuhkan bantuan. Bantuan hanya membuat mereka survive dan meringankan beban hidup, namun untuk bangkit kembali, pulih seperti sedia kala, mereka butuh pembiayaan baru," kata Fachmy.

Sampai akhir Juni ini, bank mencatatkan pertumbuhan pembiayaan menjadi Rp8,74 triliun, tumbuh positif 2 persen, dibandingkan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp8,54 triliun, dengan rasio pembiayaan bermasalah (NPF) tetap terjaga sebesar 1,8 persen.

Rasio kecukupan modal (CAR) masih kuat di posisi 42,3 persen, rasio intermediasi (FDR) mencapai 92 persen, dan likuiditas jangka pendek dan panjang (NSFR and LCR) di angka 190 persen dan 244 persen.

Sementara itu, dana pihak ketiga tumbuh 7 persen menjadi Rp9,46 triliun dari Rp8,88 triliun. Total aset tumbuh 10 persen menjadi Rp15,27 triliun dari Rp13,94 triliun. Adapun laba bersih setelah pajak (NPAT) mencapai Rp407 miliar. Per 7 Juli 2020, bank juga telah meningkat menjadi bank BUKU III.

Baca juga: BTPN Syariah bantu masyarakat prasejahtera jauhi garis kemiskinan

Baca juga: BEI resmikan pencatatan perdana saham BTPN Syariah


 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020