Kopenhagen (ANTARA News) - Presiden KTT Perubahan Iklim (COP) ke-15 Konvensi Badan Dunia untuk Perubahan Iklim (UNFCCC), Connie Hedegaard, dan Sekjen UNFCCC, Yvo de Boer, menyatakan, mereka optimistis akan adanya keputusan positif yang bisa dihasilkan dari Kopenhagen.

"Hari berjalan sangat produktif. Inti persoalan dalam negosiasi mulai dibahas. Niat baik dan kemauan baik tidaklah cukup. Kita butuh solusi," katanya pada konferensi pers di sela-sela acara konferensi, Sabtu malam (12/12).

Melihat perundingan yang telah berlangsung dari Jumat, Connie melihat ada kemajuan yang berarti dengan disetujuinya substansi seperti adaptasi, kehutanan, REDD dan CDM (Clean Development Mechanism) dibahas.

Dia mengatakan, mulai saat ini dirinya akan membuka diri terhadap pembicaraan informal dengan 48 menteri dari berbagai negara yang telah datang untuk berunding, sampai di mana dan akan dibawa ke mana perundingan selanjutnya untuk mencapai kesepakatan.

Connie yakin para pemimpin dunia akan mempertimbangkan pendapat masyarakatnya masing-masing dan terutama dari para pengunjuk rasa dalam aksi "Global Day of Climate Action" yang dilakukan di seluruh dunia.

"Para pemimpin benar-benar tidak ingin membayar biaya politik berupa kegagalan di sini," katanya

Oleh karena itu, Connie tidak berharap pada hasil minimal, tetapi hasil yang maksimal yang didapatkan melalui konferensi ke-15 perubahan iklim di Kopenhagen ini.

Sedangkan Sekjen Konvensi Badan Dunia untuk Perubahan Iklim (UNFCCC), Yvo de Boer mengatakan saat ini ada puluhan ribu orang dari seluruh dunia yang mewakili umat manusia, yang beraksi mengekspresikan tentang perubahan iklim dan tuntutan agar hasil ambisius dari KTT ke-15 Perubahan Iklim.

"Ada niat yang baik, tapi niat saja tidak cukup. Kita butuh komitmen yang lebih kuat, dari negara maju dan yang secara signifikan bergandengan dengan negara berkembang. Pembiayaan dibutuhkan untuk menggandeng negara maju dan negara berkembang tersebut," katanya.

Yvo mengatakan dirinya membutuhkan tidak hanya perhatian tapi yang lebih penting adalah komitmen dari negara-negara peserta untuk menghasilkan suatu keputusan.


Dua draf

Konvensi Badan Dunia untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) sebagai penyelenggara KTT ke-15 Perubahan Iklim secara resmi merilis dua draf keputusan di bawah AWG-LCA dan AWG-KP.

AWG-LCA (Ad Hoc Working Group on Long-term Cooperative Action under the Convention) atau Pokja Ad-hoc untuk Kerja sama Jangka Panjang merupakan perundingan dari negara-negara peserta Konvensi Badan Dunia untuk Perubahan Iklim (UNFCCC) yang membahas kerja sama jangka panjang untuk menangani perubahan iklim.

Sedangkan AWG-KP (Ad Hoc Working Group on Further Commitments for Annex I Parties under the Kyoto Protocol) merupakan perundingan dari negara-negara UNFCCC yang meratifikasi Protokol Kyoto.

Anggota Delegasi RI (Delri), Agus Purnomo mengatakan dengan dikeluarkannya tiga draf naskah keputusan persidangan, maka perundingan sudah lebih jauh lebih maju dibandingkan kemarin yang memanas karena perbedaan pendapat dari negara-negara peserta

"Dengan dikeluarkannya draf keputusan artinya perundingan saat ini sudah masuk pada tahap negosiasi," katanya.

Bila perundingan lancar, maka hasil pembahasan akan dibawa ke sidang pleno AWG-LCA dan AWG-KP untuk nantinya bisa disahkan pada pertemuan tingkat menteri mulai Selasa mendatang (15/12).


48 dan 110

"Kita" boleh jadi makin optimis dengan kemajuan dari meja perundingan. Apalagi ada beberapa faktor yang mendukung pada KTT ke-15 di Kopenhagen ini, yaitu telah datangnya 48 menteri dari berbagai negara, bakal datangnya 110 kepala negara dan kepala pemerintahan.

Jumlah kepala negara dan kepala pemerintahan berjumlah 110 orang yang bakal datang tersebut dapat menjadi modal yang sangat kuat untuk dihasilkannya suatu keputusan yang mengikat dari Kopenhagen.

Apalagi dibandingkan hanya enam kepala negara dan kepala pemerintahan yang hadir pada KTT ke-13 Perubahan Iklim di Bali.

Dari 110 kepala negara tersebut, tercatat tiga kepala negara kunci yaitu Amerika Serikat, India dan China bakal hadir.

Dan saat ini, Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono pun telah memulai kunjungan kerja ke lima negara Eropa dan berakhir di Kopenhagen untuk memberi tekanan pada semua kepala pemerintah agar menghasilkan suatu keputusan.

Direncanakan aksi tersebut akan dilanjutkan lagi pada 16 Desember mendatang.

Dari semua itu, "kita" berani berharap, adanya keputusan yang bisa diambil pada KTT ke-15 Perubahan Iklim.

Seperti yang diharapkan Yvo de Boer dalam pidato pembukaannya, yang mengibaratkan hasil keputusan KTT sebagai kue natal dari Kopenhagen, dimana lilinnya akan ditiup oleh Perdana Menteri Denmark Lars Lokke Rasmussen. (*)

Oleh Oleh Nur R Fajar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009