Ini merupakan pemberangkatan ekspor briket arang batok kelapa kali kedua di tengah pandemi COVID-19 kali ini
Bangkalan (ANTARA) - Kementerian Pertanian Republik Indonesia melalui Karantina Pertanian Bangkalan, Jawa Timur, Senin, memberangkatkan sebanyak 19 kontainer briket arang batok kelapa untuk diekspor ke tiga negara, yakni Rusia, Ukraina dan Moldova.

Menurut Kepala Karantina Pertanian Bangkalan Agus Mugiyanto, komoditas ekspor berupa briket arang batok kelapa sebanyak 19 kontainer atau senilai Rp2,7 miliar itu diberangkatkan setelah melalui serangkaian tindakan pemeriksaan karantina sesuai dengan persyaratan negara tujuan.

"Ini merupakan pemberangkatan ekspor briket arang batok kelapa kali kedua di tengah pandemi COVID-19 kali ini," kata Agus Mugiyanto dalam keterangan tertulis yang disampaikan kepada ANTARA di Bangkalan, Senin.

Menurut Agus, briket arang tempurung kelapa atau choconut charcoal merupakan produk olahan dari pohon kelapa. Potensi ekspor ini dikembangkan sehingga dapat meningkatkan nilai dari tempurung kelapa.

Pengembangan produk kelapa ini dilakukan untuk memberi nilai tambah langsung ke petani dan memperluas akses sampai menembus pasar ekspor negara-negara Eropa.

Ia lebih lanjut menjelaskan, Indonesia sebagai negara produsen kelapa terbesar di dunia membuka pangsa pasar produk turunannya.

Pohon kelapa menghasilkan buah berbentuk bulat dan terdapat cairan dan daging buah di dalamnya untuk dikonsumsi langsung. Sedangkan tempurung kelapa yang seringkali dibuang dan merupakan limbah, dapat dimanfaatkan menjadi komoditas yang bernilai tinggi.

Hal ini pula yang membuat PT. PCC yang berlokasi di Kabupaten Sumenep, Pulau Madura, mengolah tempurung kelapa menjadi komoditas ekspor yang diterima di Eropa.

Produk turunan asal sub sektor perkebunan dengan nilai ekonomi Rp2,7 miliar lebih itu diberangkatkan menuju Rusia, Ukraina dan Moldova dari Bangkalan, Pulau Madura, melalui pelabuhan Perak - Surabaya, setelah melalui pemeriksaan dokumen dan fisik, untuk memastikan komoditas tersebut bebas dari organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK).

Pekan lalu, briket arang perdana juga telah diberangkatkan ke Negara Moldova sebanyak 16,6 ton dengan nilai ekonomi Rp465 juta.

Menurut data, pada periode yang sama sejak bulan Januari sampai dengan Agustus tahun 2020, ekspor produk turunan briket arang yang disertifikasi melalui Karantina Pertanian Bangkalan sejumlah 348 ton, senilai atau senilai Rp4,7 miliar dengan negara tujuan Rusia, Ukraina dan Moldova.

"Sedangkan pada tahun 2019, tercatat sejumlah 224 ton eksor briket arang senilai Rp1,75 miliar juga telah disertifikasi dengan negara tujuan Rusia dan Ukraina," kata Kepala Karantina Pertanian Bangkalan Agus Mugiyanto.

Sejalan dengan kebijakan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo, kata Agus, untuk melipatgandakan nilai ekspor tiga kali lipat (gratieks) hingga tahun 2024, Karantina Pertanian Bangkalan terus lakukan sinergisitas dengan para pihak di wilayah kerjanya.

Kementan juga menyiapkan program strategis berupa penyediaan fasilitas Kredit Usaha Rakyat dan hal itu juga dapat dimanfaatkan bagi pelaku usaha di bidang agribisnis guna mendorong hilirisasi agar dapat memberikan nilai tambah.

Selaku fasilitator pertanian di perdagangan internasional, pihaknya juga secara aktif turut dalam forum internasional guna memperbaharui kesepakatan-kesepakatan "G to G" terkait aturan sanitari dan fitosanitari yang dipersyaratkan negara tujuan.

"Pangsa pasar semakin terbuka lebar dengan kondisi lock down beberapa negara lain sebagai pemasok komoditas pertanian, hal ini membuka pasar baru bagi Indonesia yang memiliki komoditas pertanian berlimpah, baik komoditas original maupun turunannya," kata Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil.

Baca juga: PTPN V dorong optimalisasi limbah sawit jadi arang briket
Baca juga: Sulut ekspor puluhan ton karbon aktif ke Korea

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2020