Jakarta (ANTARA) - Organisasi petani dan nelayan, Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Jawa Barat menyebutkan para petani terutama di tiga kabupaten, Jawa Barat, mengalami kesulitan mendapatkan pupuk urea bersubsidi untuk menunjang aktivitas tanam padi mereka.

Ketua KTNA Jawa Barat, Otong Wiranta, menyebutkan petani di Kabupaten Subang, Indramayu dan Bekasi kesulitan mengakses pupuk urea bersubsidi karena kurangnya kuota atau alokasi pupuk yang diberikan Kementerian Pertanian.

"Memang saat ini beberapa kabupaten mulai agak sulit mendapatkan pupuk bersubsidi karena alokasi yang sudah mau habis. Beberapa kabupaten seperti Subang, Indramayu dan Bekasi, yang saya pantau malah sudah habis kuotanya," kata Otong saat dihubungi Antara di Jakarta, Kamis.

Otong menjelaskan realisasi distribusi pupuk bersubsidi, khususnya jenis urea sudah mencapai 90-95 persen. Padahal, sejumlah petani terutama di kawasan Pantai Utara sudah memasuki musim tanam gadu. Selain itu, petani juga masih membutuhkan pupuk subsidi untuk kebutuhan musim tanam pada Oktober mendatang.

Pupuk Indonesia, selaku BUMN yang ditugaskan untuk menyalurkan pupuk bersubsidi, mencatat realisasi pupuk urea di Jawa Barat sudah mencapai 370.161 ton atau 95 persen dari alokasi yang ditetapkan Kementan sebesar 388.400 ton.

Otong menilai bahwa sulitnya petani mendapatkan pupuk karena turunnya kuota pupuk subsidi tahun 2020 yang ditetapkan Kementan. Pada tahun ini, kuota pupuk subsidi untuk Jawa Barat setelah realokasi sebesar 388.400 ton, sementara pada tahun lalu volumenya bisa mencapai lebih dari 500.000 ton.

KTNA selaku lembaga yang menaungi gabungan kelompok tani (gapoktan) telah mengajukan permintaan tambahan alokasi kepada Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Provinsi Jawa Barat.

Penambahan kuota yang diajukan berdasarkan data kebutuhan pupuk urea bersubsidi dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok elektronik (e-RDKK) untuk Provinsi Jabar, yakni mencapai 561.000 ton.

"Kita sudah bersurat ke Dinas Pertanian, kemarin juga bertemu dengan Komisi IV sedang dihitung kebutuhannya berapa. Saya berharap ini tidak berlarut-larut agar petani tidak kesulitan mencari pupuk," kata Otong.
 

Pewarta: Mentari Dwi Gayati
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2020