Begitu melihat ada daerah yang rawan terbakar tinggi, langsung tim bisa bergerak
Jakarta (ANTARA) - Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) menyatakan potensi pertumbuhan awan di Sumatera dan Kalimantan masih terjadi dalam dua pekan mendatang sehingga penerapan teknologi modifikasi cuaca (TMC) dapat dioptimalkan untuk mencegah kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

Deputi Bidang Teknologi Sumber Daya Alam BPPT Yudi Anantasena dalam media briefing Upaya Teknologi Modifikasi Cuaca dalam Pengendalian Karhutla secara daring diakses dari Jakarta, Jumat, mengatakan potensi pertumbuhan awan khususnya di Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat selama periode dua minggu ke depan masih cukup baik, sehingga dapat dioptimalkan melalui operasi TMC.

Baca juga: Sumatera Selatan mulai melakukan hujan buatan antisipasi karhutla

Berdasarkan prakiraan curah hujan bulanan 2020 dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Yudi mengatakan prakiraan curah hujan untuk periode kritis Agustus hingga September pada wilayah provinsi rawan karhutla cenderung rendah. Untuk itu perlu diantisipasi dengan upaya mitigasi ancaman karhutla.

Sementara mulai periode Oktober kondisi curah hujan mengalami peningkatan seiring dengan masuknya periode awal musim hujan tahunan.

Sejauh ini realisasi TMC untuk mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di 2020 telah dilakukan di Riau pada periode 11 Maret hingga 2 April, sebanyak 27 sorti dengan total bahan semai 21.600 kilogram (kg) NaCl dan 52 jam terbang.

Hasilnya, menurut Yudi, hampir setiap hari terjadi hujan dan menghasilkan air hujan 97,8 juta meter kubik (m3) dengan akumulasi rerata curah hujan aktual selama periode TMC sebesar 227,2 milimeter (mm).

Baca juga: Operasi TMC ketiga di Riau hasilkan hujan 2,2 juta meter kubik

Sedangkan pada periode 13 hingga 31 Mei, ia mengatakan curah hujan di wilayah tersebut terukur hanya mencapai 157 mm. Dengan membandingkan curah hujan aktual dan prediksi pada periode yang sama, maka didapatkan persentase penambahan curah hujan di wilayah Provinsi Riau mencapai 22,4 persen.

TMC juga terealisasi untuk mencegah karhutla di Sumatera Selatan dan Jambi pada periode 2 hingga 19 Juni sebanyak 18 sorti dengan bahan semai 14.400 kg NaCl.

Hasilnya, menurut Yudi, hampir setiap hari terjadi hujan, menghasilkan air hujan 50.20 juta m3 dan mampu mempertahankan nol titik panas dengan mempertahankan dan atau meningkatkan Tinggi Muka Air (TMA) lahan gambut.

Baca juga: TMC bisa jadi solusi permanen pengendalian karhutla

Dari evaluasi hasil TMC, ia mengatakan diketahui curah hujan di Sumatera Selatan mencapai 118 mm. Dengan membandingkan curah hujan aktual dengan prediksi pada periode yang sama penambahan curah hujan melalui kegiatan tersebut sebesar 29,8 persen.

Sedangkan evaluasi hasil TMC di Jambi pada periode sama diketahui curah hujan di sana mencapai 117,9 mm. Dengan membandingkan curah hujan aktual dengan prediksi periode sama penambahan curah hujan melalui kegiatan TMC mencapai 26,2 persen.

Yudi mengatakan TMC dilakukan lagi sejak 24 Juli hingga sekarang di Riau, dan di Sumatera Selatan, Jambi dan Kalimantan Barat sejak 12 Agustus.

Baca juga: BPPT modifikasi cuaca di Kalimantan antisipasi karhutla

Berikutnya ia mengatakan upaya pencegahan karhutla dengan TMC rencananya juga akan dilakukan di Kalimantan Tengah dan Kalimantan Selatan pada Agustus hingga Oktober, di Kalimantan Barat dari September hingga Oktober, dan di Kalimantan Timur dan Kalimantan Utara pada September hingga Oktober.

Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Ruandha Agung Sugardiman mengatakan TMC jauh lebih efektif untuk mencegah karhutla di daerah rawan dibandingkan pemboman air. Selain dananya lebih kecil lahan gambut yang dihujani menjadi lebih basah.

Ia mengatakan sedang mengajukan pembentukan tim TMC permanen agar sinergi lebih baik untuk mencegah karhutla. "Begitu melihat ada daerah yang rawan terbakar tinggi, langsung tim bisa bergerak. Ke depan satu sistem kerja otomatis akan menjadi solusi permanen mencegah karhutla," katanya.

Baca juga: Jumlah titik panas di Sumsel naik tiga kali lipat

 

Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2020