Mamuju (ANTARA News) - Ratusan hektar tanaman Kakao di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat, rusak karena tertimbun tanah longsor yang terjadi, Jum`at.

Dari pantauan ANTARA Jumat dilaporkan, musibah longsor di Dusun Saludamu, Desa Pattidi, Kecamatan Simboro, sekitar 15 kilometer dari kota Mamuju, itu mengakibatkan ratusan hektar tanaman kakao di sekitar lereng pegunungan dipastikan mati.

Tahir (40 thn), salah seorang petani kakao di wilayah itu mengakui, sekitar seratus hektar lahan tanaman kakaonya rusak akibat musibah longsor.

"Sekitar ratusan hektar lahan tanaman kakao saya ditimbun longsor, belum terhitung dengan warga lain yang mengalami musibah serupa," tuturnya.

Ia menuturkan, selain karena hujan yang mengguyur selama delapan jam, musibah longsor juga dipicu akibat kontruksi bangunan talud yang dibangun sekitar lima bulan yang lalu tidak memadai.

"Kontruksi talud yang tidak optimal menahan beban menjadi penyebab utama terjadinya longsor," tuturnya.

Seharusnya, kata dia, pemerintah tidak lagi membuat talud seperti itu, namun yang lebih mendesak membangun buronjong untuk meminimalisir terjadinya longsor.

"Talud yang dibangun pemerintah hampir setiap tahun dilakukan, tetapi, nyatanya talud-talud itu tetap saja roboh jika musim hujan tiba," ungkapnya.

Hal senada dikatakan, Syarifuddin, salah seorang warga setempat yang juga terkena imbas musibah longsor.

Menurutnya, musibah longsor tersebut akibat kontruksi talud yang baru berumur lima bulan tidak sesuai dengan bestek, sehingga talud dengan mudah jebol saat hujan tiba.

"Pemerintah diminta untuk melakukan perbaikan sepanjang titik rawan longsor untuk menghindari musibah yang lebih besar," ungkapnya.

Dia mengungkapkan, musibah longsor tersebut mengakibatkan ratusan tanaman kakaonya rusak, bahkan tanaman lainnya seperti, Langsat, durian dan sayur-sayuran jadi korban musibah longsor.

"Kami sebagai masyarakat kecil mengalami kerugian besar, apalagi, dari hasil lahan tersebut menjadi penopang untuk menutupi biaya kami selama ini," ungkapnya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009