Ambon (ANTARA News) - Sumber air panas Hatuasa yang terletak di desa Tulehu, Kecamatan Salahutu, Kabupaten Maluku Tengah merupakan salah satu objek wisata yang berguna untuk terapi kesehatan alami.

"Sejak pertama dibangun pemiliknya tahun 1993, sumber air panas Hatuasa diniatkan untuk sarana terapi kesehatan bagi mereka yang ingin menjalankan terapi kesehatan secara alami," kata Syam Adam, tokoh masyarakat desa Tulehu di Ambon, Minggu.

Syam yang juga keluarga pemilik sumber air panas Hatuasa mengatakan, seiring bergulirnya waktu, sarana air panas itu meningkat fungsinya sebagai objek wisata dan terapi dengan merendam tubuh.

"Informasi dari mulut ke mulut meluas sehingga pengunjung bukan hanya di pulau Ambon tapi dari seberang pulau seperti Papua, Sumatera dan Jawa bahkan luar negeri yang datang kesini selain berwisata juga untuk terapi kesehatan," katanya.

Ia mengatakan, beberapa penderita penyakit tulang seperti reumatik, stroke dan lumpuh menggunakan air panas Hatuasa untuk proses penyembuhan penyakit - penyakit tersebut.

"Pernah ada penderita rematik yang membangun tempat tinggal disini meskipun sangat sederhana asalkan terapinya bisa setiap hari dilakukan, dan hasilnya penderita itu menjadi sembuh," katanya.

Air panas Hatuasa mulai dibangun pada tahun 1993 oleh Muhammad Nahumarury, seorang punawirawan TNI. Pertama dibuka, pengunjung yang datang tidaklah banyak karena akses jalan menuju lokasi air panas sangat berbatu dan sulit dilalui. Terlebih dihalangi kali yang sewaktu-waktu banjir jika turun hujan.

Awal dibangun, kondisi jalan tidak sebagus sekarang ini. Jalanan berbatu dan sukar dilalui karena terhalang sungai kecil yang sewaktu-waktu banjir saat muisim hujan sehingga mobil dan sepeda motor tidak bisa masuk.

"Namun setelah jalan masuknya diaspal dengan hotmix dua tahun lalu, jumlah pengunjungpun meningkat karena sudah dikenal banyak orang," katanya.

Muhammad Mahumarury menjelaskan, jumlah pengunjung yang datang di pemandian tersebut pada hari-hari biasa mencapai 300 orang dan bisa meningkat dua kali lipat pada akhir pekan atau hari-hari libur.

"Pada hari-hari biasa jumlah pengunjung berkisar 300 orang per hari. Sedangkan hari libur atau akhir pekan yakni sabtu dan minggu mencapai 600 orang," katanya.

Seorang pengunjung bernama Shanty mengaku sangat senang mandi sambil merendam tubuhnya dalam kolam air panas Hatuasa sebab dia sering masuk angin dan kelelahan akibat bekerja seharian.

Talanghaha


Selain Hatuasa, di lokasi yang sama juga terdapat sumber pemandian air panas Talanghaha yang baru dibangun setahun lalu.

Menurut Junaidi Lestaluhu, anak pemilik air panas tersebut, pengunjung yang datang bukan hanya mereka yang ingin berekreasi, melainkan ada pula yang datang untuk terapi.

"Diantaranya saudara kita dari Larat (Kabupaten Maluku Tenggara) yang tiga tahun mengalami kelumpuhan, datang ke sini dan berendam beberapa kali langsung bisa berdiri. Ada juga seseorang yang terkena stroke yang berasal dari desa Siri-sori (kacamatan Saparua, Malteng) yang kini telah sehat karena rajin berendam disini," katanya.

Setiap pengunjung air panas membayar bea masuk sebesar Rp5.000 per orang kepada pengelola dan bisa menikmati asyiknya berendam air panas alami yang keluar dari sumber mata air.

Di dalam lokasi air panas pengunjung juga bisa menikmati minuman dan makanan yang dijual dengan harga murah yang disajikan hangat sesuai pesanan.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009