Jombang (ANTARA News) - Ribuan pelayat memadati kawasan Pondok Pesantren Tebu Ireng, Desa Cukir, Kecamatan Diwek Kabupaten Jombang menyusul meninggalnya Abdurahman Wahid atau yang akrab dipanggil Gus Dur.

Sudarmaji, salah seorang petakziah asal Mojokerto, Kamis, mengaku sengaja datang untuk memberikan penghormatan terakhir kepada Gus Dur.

"Saya datang bersama rombongan Nahdlatul Ulama Mojokerto untuk memberikan penghormatan kepada Gus Dur," katanya.

Ia menilai Gus Dus adalah sosok pahlawan negara yang patut dihormati dan dikenang jasa-jasanya.

Para petakziah langsung diarahkan oleh panitia ke Masjid Ulul Albab Tebu Ireng Jombang karena jenazah Gus Dur akan langsung disalati di masjid itu.

Di sepanjang jalan Irian Jaya, tepatnya sekitar Pondok Pesantren Tebu Ireng berjajar karangan bunga dari beberapa kolega.

Selain dalam Masjid Ulul Albab, salat jenazah juga dilakukan di kawasan makam Tebu Ireng.

"Salat jenazah secara umum akan dilaksanakan di Masjid Ulul Albab, sedangkan yang khusus akan digelar di dekat makam Gus Dur," kata Lukman Hakim salah seorang panitia pemakaman Gus Dur.

Bendera setengah tiang juga dikibarkan di sepanjang Jalan Protokol di Kabupaten Jombang, berdampingan dengan kibaram bendera Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) di depan Pondok Pesantren Tebu Ireng.

Polisi dari beberapa kesatuan bersiaga di lokasi pemakaman dan beberapa titik sekitar Tebu Ireng, bahkan di sepanjang jalan Raya Mojokerto - Jombang, polisi disiagakan di setiap perempatan.

Barisan Ansor Serba Guna (Banser) Kabupaten Jombang, juga tampak di lokasi pemakaman dan berkoordinasi dengan anggota kepolisian yang sedang bertugas.

Lukman Hakim mengatakan, pelayat yang nantinya dapat menyaksikan pemakaman Gus Dur adalah keluarga dan kerabat Gus Dur, serta santri berseragam.'

"Oleh karena itu kami meminta maaf jika nantinya ada pelayat yang tidak dapat masuk, untuk menyaksikan langsung pemakaman Gus Dur," katanya.

Selain 700 personel Polres Jombang, 20 pasukan Banser dari Jawa Timur juga dikerahkan untuk mengamankan lokasi. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009