Pemicuan bersifat statis dapat terjadi pada peristiwa dua atau lebih gempa
Jakarta (ANTARA) - Gempa kembar atau Doublet Earthquake yang terjadi di Bengkulu pada Rabu (19/8) pagi dapat terjadi akibat adanya pemicuan statis.

"Pemicuan bersifat statis dapat terjadi pada peristiwa dua atau lebih gempa yang sangat berdekatan sumbernya dalam waktu yang berdekatan," kata Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Daryono dalam keterangannya yang diterima di Jakarta, Rabu.

Sebagai contoh terjadinya aktivitas gempa baru di dekat sumber gempa yang terjadi sebelumnya. Fenomena ini diduga akibat adanya pemicuan gempa yang bersifat statis (static stress transfer) dari gempa yang sudah terjadi sebelumnya.

Transfer tegangan statis ini berkurang secara cepat terhadap jarak, sehingga gempa kembar biasanya lokasinya berdekatan, tambah dia.

Gempa kembar (doublet earthquake) adalah peristiwa gempa bumi yang kekuatannya hampir sama dan terjadi dalam waktu dan lokasi yang relatif berdekatan.

Sebelumnya pada pukul 05.23.56 WIB dan pukul 05.29.35 WIB wilayah Bengkulu diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi pertama memiliki parameter awal dengan magnitudo 6.9 yang kemudian diupdate menjadi 6,6 dengan episenter terletak pada koordinat 4.44 LS dan 100.97 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 160 km arah Barat Daya Bengkulu, Provinsi Bengkulu, pada kedalaman 24 km.

Baca juga: Gempa kembar di Bengkulu terjadi di Segmen Megathrust Mentawai-Pagai

Baca juga: BMKG perkirakan kekuatan gempa Bengkulu lebih dahsyat jika tidak dobel


Sedangkan gempa bumi kedua memiliki parameter awal dengan magnitudo 6,8 yang kemudian diupdate menjadi 6,7 dengan episenter gempa bumi terletak pada koordinat 3.98 LS dan 101.22 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 117 km arah Barat Daya Bengkulu, Provinsi Bengkulu, pada kedalaman 86 km.

Selain gempa kembar Bengkulu, di wilayah Indonesia pernah terjadi gempa kembar beberapa kali, yaitu Gempa Bengkulu pada 12 September 2007 dan 13 September 2007 berkekuatan M8,4 dan M7,8 yang mengguncang Bengkulu dan Mentawai akibat pecahnya segmen Enggano yang menjalar dari utara Enggano sampai ujung Siberut. Gempa ini menelan korban jiwa 25 orang meninggal dan 92 orang luka-luka.

Kemudian gempa Papua pada 3 Januari 2009 dengan kekuatan M7,6 dan M7,4, Gempa ini menyebabkan empat orang meninggal dunia dan belasan orang menderita luka-luka.

Selanjutnya gempa Samudra Hindia sebelah barat Aceh pada 11 April 2012. Gempa pertama terjadi dengan kekuatan M8,5 dan gempa kedua dengan kekuatan 8,8. Gempa ini menyebabkan lima orang meninggal dan tujuh orang luka-luka.

Baca juga: BPBD laporkan satu rumah rusak akibat gempa magnitudo 6,9 di Bengkulu

Baca juga: Di Bengkulu terjadi tujuh kali gempa susulan pascagempa M 6,9

Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020