Jombang (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menjuluki mantan presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur sebagai Bapak Pluralisme yang patut menjadi tauladan bagi seluruh bangsa.

Presiden mengungkapkan hal itu saat memberikan sambutan dalam memimpin upacara kenegaraan pemakaman Gus Dur di kompleks Pondok Pesantren (PP) Tebuireng, Cukir, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, Kamis sore.

"Kita telah kehilangan putra terbaik bangsa, guru, bapak bangsa, dan negarawan yang terhormat. Hari ini kita semua, seluruh rakyat Indonesia berkabung atas wafatnya K.H. Abdurrahman Wahid yang akrab di masyarakat dengan panggilan Gus Dur," katanya mengawali sambutan.

Menurut dia, sejarah bangsa ini tidak lepas dari peran serta Gus Dur. Ia menyebutkan, pada awal 1990-an, Gus Dur bersama beberapa rekan-rekannya membentuk Forum Demokrasi (Fordem).

"Forum ini memberikan pelajaran kepada kita mengenai strategi berdemokrasi dalam menciptakan perdamaian. Beliau juga merupakan tokoh berpengaruh, tidak hanya nasional, melainkan juga internasional," kata Presiden.

Pluralisme dan multikulturalisme yang diajarkan Gus Dur, lanjut dia, tidak hanya menjadi inspirasi elemen bangsa ini, tetapi bangsa-bangsa di dunia.

"Oleh sebab itu, Gus Dur merupakan Bapak Pluralisme yang telah memberikan inspirasi bagi kita semua. Namun sebagai sosok manusia biasa, Gus Dur tidak luput dari khilaf dan kekurangan," katanya.

Dalam kesempatan itu, Presiden meminta seluruh bangsa untuk mendoakan agar arwah Presiden RI ke-4 itu diterima di sisi Allah swt. Kepada keluarga yang ditinggalkan, Presiden memohon agar tetap diberi ketabahan dan ikhlas melepas kepergian Gus Dur.

Sebelumnya Sekretaris Presiden Bidang Militer, Mayjen TNI Budiman, membacakan riwayat hidup Gus Dur. Putra pertama pasangan K.H. Wahid Hasyim dan Nyai Solihah itu dilahirkan di Jombang pada 14 Agustus 1940.

Cucu pendiri Nahdlatul Ulama (NU) K.H. Hasyim Asy`ari itu mengawali pendidikan agamanya di PP Tegalrejo Magelang dan PP Tambakberas Jombang. Kemudian Gus Dur menimba ilmu di Universitas Al Azhar, Kairo, Mesir dan Universitas Baghdad, Irak.

Semasa hidupnya Gus Dur mendapatkan gelar doktor "Honoris Causa" dari sejumlah perguruan tinggi ternama di Jepang, Korea Selatan, Perancis, Thailand, dan Israel.

Gus Dur pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Kesenian Jakarta (DKJ), Ketua Forum Demokrasi, Ketua Umum PBNU, Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), anggota MPR, Ketua Dewan Syura DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), dan Presiden RI ke-4.

Gus Dur juga pernah meraih sejumlah penghargaan di bidang perdamaian dan keagamaan dari sejumlah organisasi perdamaian dan keagamaan di beberapa negara.

Gus Dur wafat di usianya yang ke-69 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, Rabu (30/12) pukul 18.45 WIB dengan meninggalkan seorang istri dan empat orang anak perempuan.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2009