Meulaboh (ANTARA) - Sejumlah dokter dan perawat yang bertugas di Kota Subulussalam, Aceh, sejak beberapa hari terakhir mendapatkan intimidasi dan ancaman pembunuhan oleh sejumlah pengguna media sosial terkait meningkatnya jumlah warga yang positif COVID-19 di daerah ini.

“Ancaman dan intimidasi tersebut diduga dilakukan melalui jaringan media sosial oleh sejumlah pengguna akun, termasuk ada upaya melakukan bully kepada paramedis,” kata Kapolres Kota Subulusaalam AKBP Qori Wicaksono yang dihubungi dari Meulaboh, Jumat.

Guna menghindari hal yang tidak diinginkan, kata kapolres, pihaknya melakukan antisipasi dengan berbagai cara, yakni dengan menempatkan petugas kepolisian di beberapa lokasi, termasuk di sarana layanan kesehatan.

Baca juga: Seorang dokter di RSUD Meulaboh positif COVID-19

Hal ini dimaksudkan agar paramedis yang bertugas agar lebih nyaman dan tidak dalam keadaan was-was atau pun khawatir.

Ia juga mengakui pihaknya juga sudah mendapatkan surat pemberitahuan yang dilayangkan oleh organisasi profesi dokter di Subulussalam terkait upaya intimidasi, ancaman maupun dugaan ujaran kebencian melalui media sosial kepada para dokter.

“Kalau laporan secara resmi belum ada, sejauh ini baru sebatas surat pemberitahuan saja dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Subulussalam,” kata Kapolres Qori Wicaksono.

Meski pun demikian, kapolres mengimbau kepada masyarakat di daerah ini agar tidak melakukan tindakan pengancaman termasuk ujaran kebencian melalui media sosial, karena tindakan tersebut dapat merupakan bentuk tindak pidana, dan pelakunya bisa dipidana.

“Kami imbau masyarakat agar tidak lagi melakukan tindakan pengancaman, karena pelakunya bisa dipinda,” kata AKBP Qori Wicaksono.

Baca juga: Ganjar minta polisi menindak tegas pengancam tenaga medis di Sragen

Baca juga: Perawat di Aceh Barat meninggal dunia diduga terinfeksi COVID-19

Pewarta: Teuku Dedi Iskandar
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020