Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri memamerkan sejumlah buku sebagai pedoman calon kepala daerah dan wakil kepala daerah agar mengetahui politik kebangsaan, persamaan gender, hingga sejarah perjuangan serta kejayaan negeri ini.

Buku-buku yang dipamerkan itu di antaranya Di bawah Bendera Revolusi, Mustika Rasa, Indonesia Menggugat hingga Sarinah.

"Buku-buku wajib yang coba nanti diarahkan ke buku ini untuk dibaca. Seperti buku Di bawah Bendera Revolusi," kata Megawati saat membuka Sekolah Partai Calon Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah gelombang pertama melalui telekonferensi, di Jakarta, Jumat.

Megawati menceritakan pengalamannya dari hasil diskusi dengan anak muda. Anak muda itu, kata Megawati, merasa kepemimpinan Bung Karno hanya kebetulan karena duduk sebagai presiden pertama saat Indonesia merdeka.

"Saya bilang ke dia kamu carilah ke perpustakaan, dengan sinis dia bilang bahwa dia (Bung Karno) itu hanya orang biasa yang sebetulnya kebetulan sebagai presiden pertama. Saya bilang ke dia, itu namanya bodoh kalau kamu mau jadi pintar baca dulu perjuangan dia apa. Itu fakta sejarah," jelas Megawati.

Baca juga: Megawati minta calon kepala daerah PDIP tiru kepemimpinan Jokowi

Presiden Kelima RI ini juga meminta calon pemimpin untuk membaca buku Sarinah. Bagi kaum perempuan, buku ini akan membuat pikiran terbuka apalagi di tengah pandemi COVID-19 ini yang mengungkap data meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) terhadap wanita dan anak-anak.

Bagi laki-laki, menurut Megawati, buku Sarinah bisa mengingatkan kodratnya untuk melindungi perempuan dan anak-anak. Buku ini juga bisa mengilhami calon pemimpin untuk menyelesaikan KDRT dan isu stunting terhadap anak-anak.

Selain itu, Buku Lahirnya Pancasila juga harus dibaca agar mengetahui mengapa filsafat bernegara itu lahir. Putri Proklamator RI Bung Karno ini mengatakan bahwa sang ayah pernah membawakan pidato tersebut di Sidang PBB yang mendapat tepuk tangan serta dikagumi dunia.

Buku-buku itu, menurut Megawati, bisa menghilangkan kekeringan pikiran bagi calon pemimpin.

"Bagaimana kalian akan mempunyai inspirasi kalau dalam pikiran kalian tidak ada isinya," jelas Megawati.

Megawati mengatakan, sebagai partai yang menjadikan Bung Karno sebagai model pemimpin, ada kesedihan mendalam ketika kader PDI Perjuangan diambil oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Megawati mengatakan sebagai pihak yang mendirikan KPK dan juga Mahkamah Konstitusi (MK). Namun, bukannya kader PDIP semakin disiplin dan bersih, justru ada yang ditangkap.

Baca juga: Megawati harapkan calon kepala daerah PDIP contoh Risma

"Belum lagi ini, buku ketika Bung Karno itu membacakan gugatannya ketika akan dimasukkan ke penjara. Makanya terkenal dengan nama Indonesia Menggugat. Mencapai Indonesia merdeka, mengapa Indonesia harus merdeka, mengapa kalian bisa menjadi pemimpin, kalau tidak merdeka, apakah kalian bisa menjadi pemimpin. Tidak bisa! Kalian hanya menjadi budak, karena pada waktu itu dijajah 350 tahun. Apakah itu tidak menyedihkan?" kata Megawati.

Dia juga mengangkat buku Mustika Rasa yang disusun Bung Karno terkait jenis makanan dan kekayaan rempah-rempah nusantara. Buku ini disusun selama beberapa tahun yang mengandung betapa kayanya rempah-rempah Indonesia.

"Setelah buku ini apakah ada buku lainnya, enggak ada. Jadi bukannya saya itu sombong, atau apa. Kenapa sih para pemimpin kita ini snagat sulit untuk kreatif, saya minta mereka yang datang dari PDIP harus kreatif, jangan sombong," ujarnya.

Baca juga: Megawati ingatkan calon kepala daerah tak lecehkan rekomendasi PDIP

Pewarta: Syaiful Hakim
Editor: Joko Susilo
Copyright © ANTARA 2020