Mamuju (ANTARA News) - Ribuan haktare tanaman kakao yang ada di Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat (Sulbar), gagal panen setelah wilayah itu dilanda kekeringan beberapa bulan terkahir.

Pemantauan ANTARA di Mamuju, Selasa, ribuan hektare tanaman kakao petani yang ada di Kecamatan Kalukku tampak mengering, dan buah kakaonya menjadi busuk dan sebagian tidak berbuah, karena kekeringan yang melanda wilayah itu beberapa waktu lalu.

Sejumlah tanaman kakao milik petani yang tersebar dibeberapa desa seperti Desa Kalukku Barat, Lebbeng Sampoang, Bebanga, Kalukku, Keang dan Pure daunnya menjadi layu dan berubah menjadi kuning.

Bahkan sebagian lagi daunnya tampak sudah rontok ketanah, buah tanaman kakao petani menjadi mengecil dan berwarna hitam, karena diserang hama PBK dan VSD di musim kemarau.

Sejumlah petani di wilayah itu tampak mengeluh karena ribuan hektare tanaman kakao mereka, yang seharusnya telah dipanen pada akhir bulan ini, ternyata gagal panen.

"Kami sebelumnya menyanka tanaman kakao petani akan kembali hijau setelah dilanda kekeringan, namun ternyata tetap mengering dan mengakibatkan gagal panen,"ujarnya.

Menurut dia, pada bulan Desember yang lalu tanaman kakao petani daunnya sempat tumbuh dan kelihatan akan berbuah, setelah hujan turun di Mamuju pada bulan ini tetapi itu tidak berarti, karena tidak berhasil membuat tanaman kakao petani kembali berbuah bahkan pertumbuhannya semakin lambat.

"Pada saat akan dipanen pada bulan ini, ternyata musim hujan yang baru terjadi bulan ini, tidak berpengaruh besar terhadap pertumbuhan tanaman kakao petani yang sebelumnya dihantam kekeringan, sehingga petani mengalami kerugian cukup besar," ujarnya.

Ia menyesalkan, Dinas Perkebunan dan Kehutanan di Kabupaten Mamuju, yang lambat dan bahkan tidak mengantisipasi ancaman kekeringan yang sebelumnya terjadi tersebut, dengan melakukan antisipasi yakni dengan melakukan pemupukan.

"Seandainya pemerintah melakukan antisipasi lebih awal gagal panen ini tidak terjadi," ujarnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010