Jakarta (ANTARA) - Presiden Direktur PT Astra International Tbk Djony Bunarto Tjondro menilai wabah COVID-19 yang masih berlangsung sampai saat ini masih akan membayangi kinerja perseroan hingga akhir tahun.

"Pandemi ini, dan langkah-langkah yang diambil untuk mengendalikan dampaknya, diperkirakan akan terus memengaruhi kinerja hingga akhir tahun," ujar Djony saat paparan publik secara daring di Jakarta, Senin.

Djony menuturkan, kinerja bisnis dan keuangan Grup Astra sangat terdampak secara signifikan akibat pandemi COVID-19, terutama pada kuartal kedua.

Baca juga: Astra akui bisnis kendaraan bermotornya terdampak pandemi COVID-19

Langkah-langkah penanggulangan pandemi yang diterapkan di sebagian besar wilayah Indonesia telah berdampak kepada operasi grup secara substansial, termasuk penutupan sementara kegiatan manufaktur dan distribusi otomotif, serta terdapat peningkatan secara signifikan jumlah pinjaman yang direstrukturisasi dalam bisnis jasa keuangan grup.

Selain itu, penurunan harga batu bara menekan bisnis alat berat, kontraktor penambangan, dan pertambangan.

Pendapatan bersih konsolidasian Grup Astra pada semester pertama 2020 sebesar Rp89,8 triliun, menurun 23 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.

Laba bersih Grup Astra sebesar Rp11,4 triliun, meningkat 16 persen dibandingkan dengan semester pertama 2019, termasuk keuntungan dari penjualan saham di Bank Permata.

Tanpa memasukkan keuntungan penjualan tersebut, laba bersih grup menurun 44 persen menjadi Rp5,5 triliun, terutama karena penurunan kinerja divisi otomotif, alat berat dan pertambangan, dan jasa keuangan, yang disebabkan oleh dampak pandemi COVID-19
dan langkah-langkah penanggulangannya.

Baca juga: RUPST Astra tunjuk Djony Bunarto Tjondro jadi presdir gantikan Prijono

Nilai aset bersih per saham pada 30 Juni 2020 sebesar Rp3.773, meningkat 3 persen dari nilai aset bersih per saham pada 31 Desember 2019. Kas bersih, tidak termasuk anak perusahaan jasa keuangan grup, mencapai Rp1,4 triliun pada 30 Juni 2020, dibandingkan utang bersih sebesar Rp22,2 triliun pada akhir 2019, setelah diterimanya hasil dari penjualan saham di Bank Permata pada Mei 2020.

Sementara itu, utang bersih anak perusahaan jasa keuangan Grup Astra meningkat dari Rp45,8 triliun pada akhir 2019 menjadi Rp46,4 triliun pada 30 Juni 2020.

Di setiap bisnis Grup Astra, tutur Djony, tingkat utang dan posisi likuiditas dipantau dengan cermat dan langkah-langkah untuk mengurangi risiko operasional dan keuangan dilakukan.

Berbagai tindakan juga diambil untuk mengelola biaya dan menjaga tingkat kas, termasuk mengurangi belanja modal dan mengelola modal kerja.

"Selama masa yang penuh tantangan ini dengan gangguan bisnis dan ketidakpastian, Grup Astra fokus secara khusus pada pengurangan biaya operasional dan belanja modal, pengelolaan modal kerja, dan kepastian likuiditas," ujar Djony.
​​
​​

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020