Jakarta (ANTARA) - Startup Indonesia pembuat kemasan produk Tjetak mendapatkan suntikan dana segar dari Vertex Venture, sebuah perusahaan investasi yang juga anak usaha Temasek Holding.

Tjetak tidak bersedia menyebut berapa nilai pendanaan baru dari Vertex Venture, namun sebagai pendanaan seri A biasanya bernilai jutaan dolar AS.

“Kami sangat berterima kasih kepada para investor yang telah mempercayai visi dan misi Tjetak di Indonesia. Rencananya, kami akan menggunakan investasi ini untuk tiga hal utama," kata co-founder Tjetak, Anggara Pranaspati, dalam pernyataan resmi, dikutip Selasa.

Tiga hal utama dimaksud, jelas Anggara, yakni ekspansi wilayah operasional dan penguatan SDM, pengembangan fitur-fitur baru, serta peningkatan kapasitas lab dan fasilitas packaging.

Peningkatan packaging lab dan fasilitas ini penting dilakukan untuk menunjang tingginya permintaan pasar dan pentingnya inovasi untuk kemasan-kemasan yang produksi Tjetak.

Baca juga: Kominfo siap "ketuk pintu" kementerian hingga BUMN bantu "startup IoT"

Baca juga: Kemenparekraf dorong wirausaha kuliner jadi "food startup"


Angga menyatakan bahwa putaran pendanaan ini ditutup di saat yang tepat, terutama karena banyak di kalangan masyarakat Indonesia yang memulai bisnis UMKM dan juga enterprises yang mengalami peningkatan penjualan berbasis daring sejak pandemi COVID-19.

Menurut data dari Tokopedia, jumlah penjual yang bergabung dalam platform e-commerce naik hingga 250 persen. Semua bisnis dengan total nilai industri hingga Rp87 triliun ini tentu membutuhkan kemasan yang didesain secara profesional untuk meningkatkan brand value mereka, lanjut Angga.

Oleh karena itu, Tjetak sebagai startup solusi packaging yang memiliki spesialisasi di bidang kemasan memiliki potensi besar untuk bertumbuh dan melayani lebih banyak perusahaan di Indonesia.

Berdiri sejak tahun 2018, Tjetak merupakan perusahaan teknologi yang diprakarsai oleh tiga alumni Universitas Indonesia, yaitu Anggara Pranaspati, Raffisal Damanhuri, dan Hasandi Patriawan.

“Kami melihat bahwa industri kemasan memiliki beberapa pain points, misalnya proses untuk mendapatkan harga membutuhkan waktu yang lama serta spesifikasi rumit. Selain itu, proses desain kemasan yang tidak tepat juga dapat menimbulkan kerugian, baik secara harga maupun produk. Terakhir, proses produksi kemasan tidak berjalan transparan sehingga dapat mengganggu waktu produksi yang sangat vital bagi semua pelaku bisnis,” jelas Angga.

Tjetak kemudian hadir melayani klien dengan menawarkan kombinasi kecanggihan teknologi dan keahlian dalam kemasan. Misalnya, dalam proses permintaan harga, terdapat teknologi Tjetak Pricing Engine yang dapat mengkalkulasi harga hingga 70 persen lebih cepat dibandingkan prosedur konvensional.

“Tjetak juga menawarkan efisiensi harga hingga untuk berbagai jenis kemasan dan membantu klien dalam proses pengembangan kemasan yang tepat untuk produk mereka,” tambah Angga.

"Dengan pertumbuhan besar di bidang konsumsi ritel di Indonesia, baik secara online maupun tradisional, Tjetak berada di posisi yang strategis untuk membantu para UMKM dan perusahaan besar memenuhi kebutuhan kemasan yang unik dan inovatif. Kami senang bisa menjadi investor dalam pendanaan Seri-A dan mendukung pertumbuhan Tjetak sedari awal. Kami akan terus bekerja sama dengan tim Tjetak untuk membangun perusahaan kemasan terdepan berbasis teknologi,” kata Joo Hock Chua, Managing Partner of Vertex Ventures SEA.

Selama dua tahun berdiri, Tjetak berhasil mengembangkan bisnisnya dengan melayani klien-klien dari berbagai jenis industri. Di segmen FMCG misalnya, Tjetak menjadi penyedia kemasan bagi PT. Enzym Bioteknologi Internusa (produk pasta gigi), juga untuk industri F&B, e-commerce, logistik, dan farmasi dengan skala bisnis mulai dari enterprises hingga UMKM.

"Kami awalnya memilih Tjetak sebagai packaging provider untuk kemasan pasta gigi Enzim karena mereka dapat memberikan harga yang kompetitif untuk produk SKU kami dengan kuantitas yang relatif lebih rendah dari produk SKU kami yang lain. Selain itu, menurut kami sistem Tjetak bisa memberikan waktu fulfillment kemasan lebih cepat dibandingkan provider lainnya," ungkap Jonsen Sulaeman, Procurement Manager PT. Enzym Bioteknologi Internusa.

Baca juga: Mantan bos Volvo buat startup truk listrik TrovaCV

Baca juga: Startup Asia maksimalkan API dari 8x8 untuk industri games

Baca juga: Apple beli startup bidang pembayaran

Pewarta: Suryanto
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020