Kalau landasan perbaikan ekonomi pada 2020 tidak kuat, maka kita tidak berharap target 2021 dapat tercapai
Jakarta (ANTARA) - Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman mengatakan pertumbuhan ekonomi pada 2021 yang diperkirakan pada kisaran 4,5-5,5 persen bergantung perbaikan kinerja pada 2020.

"Perkiraan 4,5-5,5 persen itu dengan harapan ada pemulihan, tapi kalau landasan perbaikan ekonomi pada 2020 tidak kuat, maka kita tidak berharap target 2021 dapat tercapai," kata Rizal dalam diskusi Indef di Jakarta, Selasa.

Baca juga: Sri Mulyani: Ekonomi tumbuh nol persen triwulan III butuh upaya keras

Rizal memastikan upaya pembenahan ekonomi pada 2021 membutuhkan optimalisasi maupun efektivitas kebijakan fiskal yang dibarengi dengan kebijakan moneter agar kinerja perekonomian bisa berdaya tahan dalam menghadapi dampak pandemi COVID-19.

Salah satu optimalisasi kebijakan fiskal yang harus diupayakan antara lain mempercepat realisasi belanja penanganan kesehatan maupun program pemulihan ekonomi nasional (PEN) yang masih rendah.

Padahal, belanja tersebut dapat bermanfaat untuk mengatasi persoalan kesehatan serta menjaga daya beli masyarakat, dan membantu penguatan konsumsi rumah tangga maupun investasi, yang merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi Indonesia.

"Kita memang optimis terjadi perbaikan, apabila realisasi stimulus fiskal makin efektif, tidak melambat dan tepat sasaran, terutama untuk perlindungan sosial, sektoral, pemda, UMKM, insentif usaha dan tentunya kesehatan," katanya.

Dengan kondisi saat ini, ia memperkirakan pertumbuhan ekonomi pada 2020 bisa mencapai kisaran minus 0,53 persen hingga 0,14 persen, dengan catatan realisasi belanja stimulus yang dicanangkan pemerintah minimal mencapai 60 persen.

Baca juga: Sri Mulyani sebut defisit APBN hingga Juli 2020 capai 2,01 persen

Bila penyerapan anggaran tersebut lebih optimal, menurut Rizal, maka pondasi ekonomi akan lebih kuat pada 2021 sehingga perekonomian diproyeksikan bisa tumbuh ke zona positif yaitu mencapai 2,54-3,77 persen.

"Ini menunjukkan bahwa perbaikan ekonomi akan tumbuh, hanya saja masih perlu waktu, untuk memperbaiki kinerja nilai tambah dan perbaikan PDB untuk industri manufaktur dan ekspor serta perbaikan investasi," katanya.

Sebelumnya, pemerintah menetapkan asumsi ekonomi makro pertumbuhan ekonomi dalam RAPBN 2021 sebesar 4,5-5,5 persen untuk mengantisipasi ketidakpastian global yang masih terjadi akibat adanya pandemi COVID-19.

Baca juga: Presiden Jokowi targetkan pertumbuhan ekonomi 4,5-5,5 persen pada 2021

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020