RT-LAMP ini adalah upaya untuk substitusi dari PCR
Jakarta (ANTARA) - Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) Bambang PS Brodjonegoro menginginkan substitusi impor dilakukan dengan inovasi bukan sekadar merakit komponen yang dibeli dari luar negeri di dalam negeri.

"Harusnya kita lakukan sesuatu dengan inovasi jadi kita tidak hanya sekedar tadi merakit kembali mesin yang sudah dibuat di luar negeri ," kata Menristek/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang, Jakarta, Selasa.

Hal itu disampaikan Menristek Bambang pada perayaan Hari Ulang Tahun (HUT) Ke-53 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) di Kebun Raya Bogor, Jawa Barat, yang ditayangkan secara virtual.

Menristek Bambang menuturkan dalam masa pandemi COVID-19 saat ini, lembaga-lembaga seperti LIPI, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Badan Tenaga Nuklir Nasional, dan Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional harus saling bahu membahu untuk memberikan kontribusi dalam penanganan pandemi itu.

Baca juga: BPPT : Pembangunan ekosistem inovasi penting untuk Indonesia Emas
Baca juga: Perangkat tes cepat BPPT sudah diproduksi 100 ribu unit


Dia mengapresiasi berbagai aktivitas riset dan hasil riset yang bisa ikut menangani pandemi COVID-19.

Menristek Bambang menuturkan kegiatan litbangjirap untuk substitusi impor bukan diartikan dengan mengimpor komponen-komponen material lalu merakitnya dan menjualnya di Indonesia seperti mesin PCR untuk keperluan deteksi COVID-19.

Diharapkan dari kegiatan penelitian, pengembangan, pengkajian dan penerapan (litbangjirap), ada solusi-solusi yang inovatif untuk menjawab kebutuhan bangsa Indonesia termasuk dalam penanganan COVID-19.

"Kita melakukan substitusi impor dengan inovasi," tuturnya.

Baca juga: LIPI kumpulkan data hasil uji klinis imunomodulator tangani COVID-19
Baca juga: P2LD-LIPI tak miliki biosafety cabinet keamanan ekstraksi COVID-19


Menristek Bambang berpesan kepada LIPI agar melakukan uji komparasi antara alat deteksi COVID-19 berbasis RT-LAMP (Reverse Transcription Loop-Mediated Isothermal Amplification) yang dikembangkan LIPI dengan alat polymerase chain reaction (PCR).

"RT-LAMP ini adalah upaya untuk substitusi dari PCR," ujarnya.

Dia mengatakan harus dipastikan akurasi dan reabilitas dari alat RT-LAMP itu meskipun teknik deteksi itu tidak menjadi gold standar seperti pada alat PCR namun akurasinya harus diakui untuk menjadi penentu seseorang negatif atau positif COVID-19.

Baca juga: Peneliti: Vaksin harus lulus uji klinis sampai tiga tahap
Baca juga: LIPI: Tumpang tindih uji klinis vaksin Sinovac karena pandemi COVID-19


 

Pewarta: Martha Herlinawati S
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020