Jakarta (ANTARA) - Di era digital seperti sekarang, beberapa musisi lebih memilih untuk merilis lagu tunggal daripada album penuh, namun .Feast mengatakan bahwa album tetap diperlukan sebagai bentuk legitimasi sebuah band.

Bagi Fadli "Awan" Fikriawan atau bassis .Feast, album merupakan pelengkap dari karya yang telah diciptakan. Selain itu, album adalah sebuah cerita keseluruhan dari lagu-lagu yang telah dirilis terlebih dahulu.

"Menurut gue harus tetap perlu ya untuk kelengkapan berkarya, kalau single kan menyampaikan satu hal satu hal, ketika dikumpulkan jadi album menjadi narasi yang lengkap kayak track satu sampai akhir ngomongin apa dan belum lagi turunannya kayak video klip," kata Awan dalam bincang-bincang virtual, Rabu.

Serupa dengan Awan, Adnan Satyanugraha Putra, gitaris .Feast mengatakan album merupakan sebuah perjalanan dan cara musisi berinteraksi dengan pendengarnya. Sebab di setiap album, biasanya para musisi menawarkan nuansa dan tampilan yang berbeda.

"Selain buat journey dan diskografi dari musisi, album juga untuk menyampaikan ke audience kayak cara berpakaian album satu seperti apa, kedua seperti apa. Karena kalau cuma bikin single jatuhnya cuma kayak mixtape tapi kalau album, lo benar-benar mikirin sih," ujar Adnan.

Band asal Depok ini berencana akan merilis album "Membangun dan Menghancurkan". Album kali ini dikatakan akan berbeda dari sebelumnya, salah satunya dengan menggandeng tiga produser lain.

"Ini proses yang lumayan besar karena melibatkan orang-orang yang bukan dari inner circle kita. Biasanya kan .Feast terus ada satu produser, sekarang ada empat tambahan produser lain yang jagain produksinya," kata Awan.

.Feast sebelumnya telah merilis dua album yakni "Multiverses" pada 2017 dan mini album "Beberapa Orang Memaafkan" pada 2018.


Baca juga: .Feast rilis single baru "Peradaban"

Baca juga: .Feast tumpahkan kegelisahan di lagu "Di Padang Lumpuh"

Baca juga: .Feast bicara soal perubahan iklim di lagu "Tarian Penghancur Raya"

Pewarta: Maria Cicilia
Editor: Ida Nurcahyani
Copyright © ANTARA 2020