Ketimbang menyuruh orang membuat survei, lebih baik uang tersebut untuk membantu keluarga atau anak-anak kurang mampu.
Surabaya (ANTARA) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menanggapi pernyataan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo yang menyebut dari hasil survei elektabilitas beberapa kepala daerah, nama Risma masuk 10 besar calon Presiden RI pada Pemilu 2024.

"Saya tahu siapa saya, dan saya tidak mungkin kuat buat bayarin untuk membuat survei dan sebagainya, tidak mungkin. Saya tidak punya kapasitas keuangan untuk melakukan survei atau niatan apa itu, yang jelas jauh dijangkauan saya dan saya sadar siapa saya," kata Wali Kota Risma kepada wartawan di rumah dinas wali kota, Jalan Sedap Malam Surabaya, Jumat.

Pernyataan Ketua MPR RI Bambang Soesatyo tersebut disampaikan saat menghadiri kegiatan sosialisasi empat pilar bersama Wali Kota Risma di Kecamatan Gunung Anyar, Kota Surabaya, Kamis (27/8).

Saat itu, Bambang menyatakan banyak kemajuan pesat di Surabaya yang dimonitornya dari Jakarta. Bahkan, ketika pandemi menyerang, harga properti di seluruh Indonesia jatuh namun Kota Surabaya secara ekonomi masih tetap bertahan.

Menariknya, dalam momen itu, Bambang juga mengatakan bahwa dalam survei elektabilitas yang terdiri atas beberapa kepala daerah, Wali Kota Risma masih terus berada dalam 10 besar calon presiden pada tahun 2024.

"Wali Kota Risma sampai hari ini masih terus bertengger di 10 besar calon presiden pada tahun 2024," katanya.

Menanggapi hal itu, Wali Kota Risma mengaku tak pernah membayangkan bisa masuk dalam 10 besar survei elektabilitas calon presiden. Bahkan, dia tak mengerti siapa yang membuat survei elektabilitas itu.

Untuk itu, Wali Kota Risma menegaskan bahwa apabila ada surveyor yang menyatakan elektabilitasnya masuk dalam 10 besar calon presiden, itu bukan keinginan atau kemauannya.

"Oleh karena itu, kalau ada yang melakukan survei itu bukan saya yang minta dan bukan kemauan saya. Saya juga tahu kapasitas kemampuan saya seperti apa," katanya.

Bahkan, Presiden UCLG Aspac ini menyatakan tidak pernah bermimpi atau bercita-cita menjadi seorang presiden sebab menjadi wali kota tanggung jawabnya sangat berat, apalagi seorang presiden yang memimpin seluruh Nusantara.

Hal ini, kata dia, seorang pemimpin tidak hanya bertanggung jawab terhadap rakyatnya, tetapi juga Tuhan Yang Maha Esa.

"Saya tidak pernah bermimpi, bahkan ketika jadi Wali Kota Surabaya tak pernah berani membayangkan. Karena tanggung jawabnya berat, bukan hanya di dunia ini. Karena saya harus pertanggungjawabkan itu di hadapan Tuhan," katanya.

Untuk itu, wali kota perempuan pertama di Surabaya ini kembali menegaskan bahwa selama ini tidak pernah membayangkan ingin maju sebagai presiden, apalagi menginisiasi survei elektabilitas Calon Presiden RI.

Menurut dia, daripada menyuruh orang membuat survei, lebih baik uang tersebut untuk membantu keluarga atau anak-anak kurang mampu.

"Daripada saya buat survei, mending saya kasihkan kepada anak-anak yang lain, yang banyak ditinggalkan orang tua kena COVID-19 dan sebagainya. Jadi, saya tidak tahu siapa yang melakukan survei itu," katanya.

Pewarta: Abdul Hakim
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2020