kedisiplinan masyarakat yang menjadi kunci untuk pengendalian COVID-19
Jakarta (ANTARA) - Menjelang akhir Agustus 2020 ini sempat menjadi viral di media sosial tatkala tersebar informasi sejumlah menteri yang foto bersama di Bali tanpa masker di tengah pandemi COVID-19.

Dengan latar tulisan "Rapat Koordinasi Tingkat Menteri (RKTM) 2020" pada tautan yang disematkan pada media sosial seperti Twitter, tampak beberapa menteri berfoto bersama tanpa masker.

Di antara yang terlihat di foto itu, antara lain adalah Menteri Koordinator Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Perdagangan Agus Suparmanto, Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, Menteri Riset dan Teknologi Bambang Brodjonegoro, dan Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki.

Salah satu yang menyematkan di media sosial adalah Twitter INDEF 25TH @DJRachbini, yang pada 24 Agustus 2020 memberi komentar: Teladan foto Menteri demonstratif berdesakan tanpa masker.

Jika ditilik, Twitter itu adalah milik Prof Didik J Rachbini dengan atribusi Professor in Political Economics, INDEF, MP 1998, MP 2004-2009, KEN - Adviser to the President 2009-2014.

Karena viral, tentu banyak lainnya yang menyematkannya.

Akibat ramai dan viral, karena selain tidak memakai masker para pejabat itu juga tidak menjaga jarak, salah satu pejabat itu, yakni Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki memberikan respons.

Dalam pernyataannya, Teten menjelaskan sebenarnya mereka hanya melepas masker itu saat sesi foto bersama, sebelumnya mereka menerapkan protokol kesehatan yang ada.

Klarifikasi semacam itu, barangkali adalah sesuatu yang lazim saja. Namun, dari peristiwa itu, sebenarnya yang esensial adalah faktor keteladanan para pemimpin karena hal itu dilihat publik secara luas.

Meski seringkali dianggap sepele, terlebih jika dimunculkan narasi "relaksasi" atau pelonggaran, sejatinya penggunaan masker ini masih disepakati oleh semua kalangan, medis atau non-media, sebagai solusi yang efektif dalam mencegah penularan dan penyebaran COVID-19.

Salah satu praktisi kesehatan yang selama ini terlibat dalam penggalangan dana bagi tenaga kesehatan yang menangani COVID-19 menyatakan keprihatinannya atas kondisi saat ini, di mana masyarakat masih menganggap enteng soal pemakaian masker ini.

"Berani lepas masker? Sementara kita tidak mengetahui siapa orang tanpa gejala (OTG) di sekitar kita, dan sangat mungkin ada virus di tenggorokannya," kata neuorolog dr Andreas Harry, SpS (K).

Menurut dia pengalaman Kepala Dinas Perikanan Provinsi Sumbar Yosmeri, yang dalam testimoninya saat terinfeksi positif COVID-19, di mana dari rangkaian perjalanannya ke beberapa tempat saat bertugas, yakni di lokasi yang keempat melepas masker dan akhirnya diketahui dia terpapar, hendaknya menjadi pelajaran berharga.

Isyarat Presiden

Apakah berhubungan langsung dengan peristiwa viral menteri tidak bermasker saat di Bali itu, Presiden Joko Widodo pada Senin (24/8) 2020 ketika memimpin rapat terbatas di Istana Merdeka, Jakarta dengan tema "Laporan Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional" yang dihadiri oleh para menteri Kabinet Indonesia Maju dan juga Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional menyuarakan dengan gamblang soal masker itu.

Kepala Negara meminta para menteri ikut mempromosikan pemakaian masker, bahkan membagikannya untuk mencegah penularan COVID-19.

"Saya melihat urusan promosi pemakaian masker belum kelihatan setelah rapat itu, baik di media, baik di lapangan dengan membagikan masker, saya rasa ini perlu saya ingatkan," kata Presiden.

"Sebelum vaksin disuntikkan kepada masyarakat, saya pikir kuncinya paling penting adalah pemakaian masker," tambahnya.

Menurut Presiden dalam rapat terbatas pada 3 Agustus 2020 sudah menyampaikan agar dalam dua pekan setelah itu agar fokus kampanye pada pemakaian masker. Akan tetapi, kampanye itu ternyata belum terlihat.

"Rapat yang lalu kita sudah bicara lagi mengenai kedisiplinan masyarakat yang menjadi kunci untuk pengendalian COVID-19. Tolong ini betul-betul yang berkaitan dengan ajakan memakai masker, membagi masker pelaksanaannya bisa dipercepat," kata Presiden.

Sebelum menyampaikan resmi dalam rapat kabinet itu, sebenarnya isyarat dari Presiden juga bisa dilacak.

Sekurangnya, Presiden melalui akun Twitter resminya @jokowi telah mencuitkannya terkait masker itu.

Pertama, pada 11 Agustus 2020, @jokowi 11 Agt:
Selain itu, secara khusus saya mengingatkan juga soal pentingnya penggunaan masker, selain tentu saja soal jaga jarak, cuci tangan, dan menghindari kerumunan. Tetapi masker menjadi kunci. Ini akan menyelesaikan banyak hal yang berkaitan dengan Covid-19.

Kedua, @jokowi 24 Agt:
Peningkatan kasus penularan Covid-19 harus tetap kita waspadai. Hingga nanti vaksin Covid-19 ditemukan dan diberikan kepada masyarakat, kunci utama dalam mencegah penyebaran virus korona tersebut ialah dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan seperti mengenakan masker.

Baca juga: Presiden Jokowi bagikan masker dan sembako kepada warga Kulon Progo

Baca juga: Menko PMK bagi-bagi masker di Lombok Tengah NTB


Anjuran WHO

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sendiri pada 5 Juni 2020 telah mengeluarkan Panduan Interim "Anjuran mengenai penggunaan masker dalam konteks COVID-19
(https://www.who.int/docs/default-source/searo/indonesia/covid19/anjuran-mengenai-penggunaan-masker-dalam-konteks-covid-19-june-20).

Dokumen itu merupakan pemutakhiran panduan yang diterbitkan pada tanggal 5 April 2020 dan mencakup bukti bukti ilmiah termutakhir yang relevan mengenai penggunaan masker untuk mencegah penularan penyakit coronavirus 2019 (COVID-19) serta pertimbangan-pertimbangan praktis.
 
Sejumlah warga dengan mengenakan masker berjalan dengan latar belakang spanduk peringatan bahaya COVID-19 di Sunter, Jakarta, Sabtu (22/8/2020). ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra/wsj. (ANTARA FOTO/ADITYA PRADANA PUTRA/ADITYA PRADANA PUTRA)


Baca juga: Sejarawan: Sosialisasi dan edukasi pakai masker harus terus dilakukan

Baca juga: Satgas COVID-19: Pejabat publik harus konsisten gunakan masker


Disebutkan bahwa perbedaan utama dengan versi sebelumnya mencakup hal-hal beberapa hal, yakni informasi termutakhir mengenai penularan dari orang terinfeksi COVID-19 yang simtomatik (bergejala), prasimtomatik (belum bergejala), dan asimtomatik (tidak bergejala), serta bukti-bukti termutakhir tentang semua bagian dokumen ini

Kemudian, panduan baru untuk penggunaan terus-menerus masker medis secara selektif oleh tenaga kesehatan yang bekerja di area klinis fasilitas pelayanan kesehatan di wilayah-wilayah di mana terjadi transmisi komunitas1 COVID-19.

Lalu, panduan dan anjuran praktis termutakhir bagi pengambil keputusan mengenai penggunaan masker medis dan nonmedis oleh masyarakat umum dengan menggunakan pendekatan berbasis risiko.

Selain itu, panduan baru mengenai fitur-fitur dan karakteristik masker nonmedis, seperti pemilihan kain, jumlah dan kombinasi lapisan, bentuk, salutan (coating), dan pemeliharaannya.

Meski diakui penggunaan masker saja tidak cukup memberikan tingkat perlindungan atau pengendalian sumber yang memadai, namun WHO menegaskan bahwa latar belakang penggunaan masker merupakan bagian dari rangkaian komprehensif langkah pencegahan dan pengendalian yang dapat membatasi penyebaran penyakit-penyakit virus saluran pernapasan tertentu, termasuk COVID-19.

Masker dapat digunakan baik untuk melindungi orang yang sehat (dipakai untuk melindungi diri sendiri saat berkontak dengan orang yang terinfeksi) atau untuk mengendalikan sumber (dipakai oleh orang yang terinfeksi untuk mencegah penularan lebih lanjut).

Seruan Presiden, fakta dan testimoni yang terjadi, dan juga anjuran WHO terkait masker ini, semestinya menjadi ukuran bahwa otoritas berwenang itu bukan sekadar pernyataan, karena COVID-19 adalah sesuatu yang nyata membahayakan kesehatan, dan bukan paranoia.

Baca juga: Mercedes-Benz gandeng supermodel Helena Christensen kenalkan masker

Baca juga: Kemenkes bagikan satu juta masker

 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020