Pasar mata uang meragukan tentang dampak jangka panjang dari pemulihan di AS
New York (ANTARA) - Dolar AS merosot pada akhir perdagangan Jumat (Sabtu pagi WIB), karena kerangka kebijakan baru Federal Reserve AS menunjukkan bahwa suku bunga akan tetap rendah, sementara yen melonjak setelah Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe mengumumkan pengunduran dirinya.

Yen menguat secara signifikan terhadap dolar setelah berita bahwa Abe, perdana menteri terlama Jepang, akan mundur karena kesehatannya memburuk.

Kekhawatiran tentang kemungkinan pergeseran dari kebijakan ekonomi ekspansif Abe, yang dikenal sebagai Abenomics, mendorong pergerakan dalam mata uang safe-haven, kata investor.

Dolar terakhir jatuh 1,1 persen terhadap yen menjadi 105,38.

"Anda melihat penguatan yen karena sedikit ketidakpastian," kata Lou Brien, ahli strategi di DRW Trading di Chicago. “Abenomics telah menjadi salah satu strategi ekonomi yang paling berpengaruh.”

Greenback melanjutkan penurunannya terhadap sekeranjang mata uang utama setelah pernyataan Ketua Fed Jerome Powell di konferensi virtual Jackson Hole.

Powell mengatakan bank sentral AS akan berupaya untuk menjaga inflasi pada rata-rata dua persen, sehingga periode inflasi yang terlalu rendah kemungkinan akan diikuti oleh upaya untuk mengangkat inflasi di atas dua persen untuk beberapa waktu.

Dalam praktiknya, pelaku pasar memperkirakan bahwa ini berarti suku bunga sangat rendah saat ini akan tetap lebih rendah lebih lama, sehingga menekan dolar. Setelah pulih dari penurunan awal pada Kamis (27/8) segera setelah pidato Powell, dolar kembali melemah semalam.

Indeks dolar yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, terakhir merosot 0,7 persen pada 92,325.

Baik kebijakan Fed yang dovish maupun pemulihan ekonomi AS yang lamban telah membantu menekan dolar, kata Boris Schlossberg, direktur pelaksana strategi valas di BK Asset Management di New York. Penerbitan obligasi pemerintah yang banyak selama bulan depan juga kemungkinan akan menjaga greenback lebih rendah, tambah Schlossberg.

“Pasar mata uang meragukan tentang dampak jangka panjang dari pemulihan di AS,” kata Schlossberg. "Jadi, ini lebih menyukai aset-aset non-AS."

Karena dolar melemah, euro menguat 0,63 persen menjadi 1,1896 dolar.

Kenaikan euro mendekatkannya ke level teknis hampir 1,19 dolar, yang telah diuji secara berkala selama sebulan terakhir, kata investor.

Pasar mata uang secara luas mendukung risiko. Dolar Selandia Baru mencapai level tertinggi terhadap dolar AS sejak Januari sementara dolar Australia naik ke level tertinggi sejak Desember 2018.

 

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2020