Sudah beberapa kali kami melakukan panen sayuran
Jakarta (ANTARA) - Menjaga daya tahan tubuh atau imunitas seseorang di saat pandemi COVID-19 adalah sesuatu yang harus dilakukan agar tetap selalu dalam kondisi kesehatan yang baik.

Hampir semua nasihat kesehatan sepakat mengenai hal ini, yakni dengan daya tahan tubuh yang rendah maka penyakit akan mudah menjangkiti.

Terlebih lagi sudah banyak bukti tak terbantahkan, mereka yang meninggal karena COVID-19 mengalami penurunan kondisi daya tubuh sehingga akhirnya tidak tertolong lagi.

Salah satu faktor untuk menjaga daya tahan tubuh adalah perlunya asupan gizi dari sayur-mayur, yakni nutrisi yang sangat dibutuhkan dalam keseharian.

Karenanya, kebutuhan sayur pun di saat pandemi seperti sekarang pun sebenarnya bisa dilakukan secara mandiri tanpa harus membeli, yakni memanfaatkan lahan tersisa di rumah-rumah atau pekarangan dan bagian lahan yang masih ada, sekecil apapun.

Namun, tidak seperti di perdesaan di mana lahan yang dimiliki warga cukup luas, maka di perkotaan kondisinya sangat kontras.

Di kota-kota besar, khususnya di perumahan-perumahan lahan yang ada, untuk mendapatkan seluas 100 meter saja saat ini cukup langka.

Namun, menurut Kementerian Pertanian (http://www.litbang.pertanian.go.id) keterbatasan lahan tidak menutup kemungkinan untuk memenuhi kebutuhan pangan dan peluang usaha kreatif.

Kementan menyebut cara yang ditempuh salah satunya dengan kegiatan cocok tanam di lingkungan rumah perkotaan dengan memanfaatkan lahan dengan menanam berbagai jenis komoditas sayur-sayuran juga buah, dengan konsep pertanian perkotaan (urban farming) atau pertanian keluarga (family farming).

Malahan, bukan hanya sayur dan buah, Kementan juga menyatakan seiring berjalannya waktu, padi juga mulai dilirik dan diminati masyarakat kota menjadi komoditas andalan konsep ini, seperti yang telah diterapkan di kawasan Taman Sains dan Teknologi padi di Balai Besar Penelitian Tanaman Padi (BB Padi) Sukamandi, Subang, Jawa Barat.

Alhasil, kini solusinya sudah tersedia untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dari sayur dan buah itu, meski dengan keterbatasan lahan yang ada.
Seorang warga merawat tanaman sayuran dengan teknik akuaponik di Cepokosawit, Sawit, Boyolali, Jawa Tengah, Selasa (5/5/2020). (ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho/Aloysius Jarot Nugroho)

Baca juga: Bertanam dinilai jadi solusi penghasilan di tengah pandemi

Baca juga: Ini dia, sosok petani kota yang akan terbang ke Jepang!

Budi daya

Guna memenuhi kebutuhan gizi dari sayuran itu, di Kota Bogor dan tetangganya Kabupaten Bogor, Jawa Barat, kini mulai marak program memanfaatkan lahan terbatas dan tersisa atau pekarangan di perumahan dilakukan gerakan cocok tanam itu.

Warga di Perumahan Laladon Baru Residence (LBR) Desa Laladon, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor dengan gagasan dari Koordinator Nasional Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKT) Ayip Said Abdullah telah melakukan budi daya pada cabai dan tomat.

"Warga dibagikan masing-masing 10 polibag bibit cabai dan tomat, sistemnya bagi hasil. Jadi, saat panen 50 persen untuk warga yang merawat dan 50 persen bisa dijual untuk manajemen pengelola," katanya.

Ia menambahkan dari skema awal per warga 10 polibag, namun ada peminat yang mengajukan hingga 100 polibag.

Sedangkan warga di RT02/RW13 Perumahan Griya Melati di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor sudah lebih progresif mengembangkannya dengan Program Budi Daya Ikan Mandiri (BUDIMAN) sebagai bagian dari program menyeluruh di perumahan itu, yakni Program Sehati Anyaman (Sehat Bersih Tertib dan Aman).

"Sudah beberapa kali kami melakukan panen sayuran kangkung di pot maupun ember selama pandemi COVID-19 ini," kata Emil Rachman, Ketua RT02/RW13 perumahan itu.

Hasil panen sayur yang ada, tidak hanya dikonsumsi oleh keluarga di perumahan itu, namun juga dibagikan kepada RT lainnya sehingga melahirkan gerakan berbagi dan bersedekah.

Menurut dia program yang mereka kembangkan tersebut sekaligus mendukung program pemerintah, yakni yang sudah diluncurkan Kementerian Kesehatan yang dikenal dengan Program "Isi Piringku".

Baca juga: Urban farming diminati warga Surabaya saat pandemi COVID-19

Baca juga: Pertanian pekarangan jaga ketahanan pangan keluarga di era pandemi

 
Hasil budi daya tanaman cabai dan kangkung dalam ember yang dikembangkan warga RT02/RW13 Perumahan Griya Melati di Kelurahan Bubulak, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Jawa Barat untuk memenuhi kebutuhan nutrisi di saat pandemi COVID-19. (FOTO ANTARA/HO- Wahyu F Riva/2020)


Pemenuhan gizi

Bila pada masa lalu, di sekolah-sekolah dikenal ada istilah pemenuhan gizi keluarga dengan istilah "4 Sehat 5 Sempurna", maka saat ini program sejenis dikenal dengan "Isi Piringku".

Konsep "4 Sehat 5 Sempurna" sendiri adalah kampanye yang dilakukan pemerintah sejak tahun 1955 untuk membuat masyarakat memahami pola makan yang benar.

Konsep itu membagi makanan atas empat sumber nutrisi penting, yaitu makanan pokok, lauk pauk, sayur-mayur, buah-buahan, dan disempurnakan dengan susu bila mampu, sehingga menjadi lima sempurna.

Pada konsep ini, penekanan pentingnya adalah empat golongan makanan berupa sumber kalori untuk tenaga, protein untuk pembangun, sayur dan buah sumber vitamin dan mineral untuk pemeliharaan

Sedangkan Program "Isi Piringku" itu mulai dikenal saat puncak Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke-54 di Jakarta pada 18 November 2018.

Saat itu, ribuan warga di Jakarta hadir untuk menyantap makanan sesuai porsi "Isi Piringku" sehingga membuat Kemenkes mendapatkan penghargaan Rekor Dunia dari Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI).

Porsi "Isi Piringku" yang dianjurkan Kemenkes adalah makanan pokok (sumber kabohidrat) dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring.

Kemudian, lauk pauk untuk sumber protein dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring. Sayur-sayuran sebagai sumber vitamin dan mineral dengan porsi 2/3 dari 1/2 piring dan buah-buahan guna sumber vitamin dan mineral dengan porsi 1/3 dari 1/2 piring.

Menkes saat itu Nila Moeloek mengharapkan dengan digelarnya makan bersama yang diikuti ribuan orang ini dapat meningkatkan pemahaman tentang porsi makan yang ideal.

Contoh dari Program "Isi Piringku" dari Kemenkes itu untuk sekali makan, seperti pada makan siang yang membutuhkan ±700 kalori.

Rinciannya, makanan pokok berupa nasi dan penukarnya 150 gram = 3 centong nasi = 3 buah sedang kentang (300 gr) = 1 1/2 gelas mie kering (75gr).

Untuk lauk pauk, yakni lauk hewani, 75 gram ikan kembung = 2 potong sedang ayam tanpa kulit (80gr) = 1 butir telur ayam ukuran besar (55 gr) = 2 potong daging sapi sedang (70 gr)

Sedangkan lauk nabati, 100 gram tahu = 2 potong sedang tempe (50 gram), dan sayuran = 150 gram =1 mangkok sedang.

Untuk buah 150 gram pepaya = 2 potong sedang = 2 buah jeruk sedang (110gr) = 1 buah kecil pisang ambon (50 gram)

Praktisi kesehatan dr Andreas Harry SpS (K) menyatakan di kala pandemi seperti saat ini kebutuhan asupan makan yang tepat untuk memenuhi kebutuhan gizi dengan konsep yang dulu disebut "4 Sehat 5 Sempurna" dan kini Program "Isi Piringku" dibutuhkan dengan cara yang mudah dan murah.

Meningkatkan kekebalan tubuh dengan makan sayur mayur atau buah-buah segar itu bisa dilakukan sendiri dan tidak harus memakai komoditas impor, dan itu bisa diupayakan dengan bercocok tanam di rumah atau pekarangan sendiri.

Baca juga: Ikhtiar pemenuhan ketahanan pangan saat pandemi di perkotaan

Baca juga: Petani Ibu Kota di lahan terbatas


 

Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020