Jadi sebagian besar wilayah Indonesia puncak musim kemaraunya itu adalah di bulan Agustus
Jakarta (ANTARA) - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) mewaspadai potensi kekeringan meteorologis di beberapa wilayah di Indonesia.

"Jadi berdasarkan hari tanpa hujan (HTH) di wilayah yang merah itu berdasarkan data, kita bisa membuat peringatan dini kekeringan meteorologis," kata Kepala Bidang Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca BMKG Miming Saepudin dalam konferensi pers bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara virtual dari Jakarta, Senin.

Baca juga: Walhi Sumsel: Patuhi RTRW antisipasi bencana hidrometeorologi

Ia mengatakan wilayah-wilayah yang tercatat berpotensi mengalami kekeringan meteorologis akibat hari tanpa hujan yang cukup panjang antara lain adalah Jawa Timur, Madura dan sebagian Bali.

Kemudian, wilayah lain yang masih perlu diwaspadai terkait potensi kemarau tersebut adalah sebagian besar wilayah Nusa Tenggara Barat (NTB) dan Nusa Tenggara Timur (NTT).

Baca juga: Akademisi: Mitigasi kekeringan perlu disiapkan jelang puncak kemarau

"Jadi ini kalau kita melihat dari data sebelumnya terkait hari tanpa hujan yang masih cukup panjang," katanya.

Adapun musim kemarau yang berakibat pada hari tanpa hujan cukup panjang, Miming mengatakan puncak musim kemarau terjadi pada Agustus dengan beberapa wilayah juga tercatat masih akan mengalami kemarau pada September.

"Jadi sebagian besar wilayah Indonesia puncak musim kemaraunya itu adalah di bulan Agustus," ujar dia.

Baca juga: Pakar: Perlu mitigasi perubahan iklim untuk antisipasi kekeringan

Sementara itu, memasuki periode September 2020, Miming mencatat adanya peralihan musim dari musim kemarau ke musim hujan.

Untuk itu, BMKG mengingatkan masyarakat untuk mewaspadai kemungkinan dampak yang dapat ditimbulkan dari adanya peralihan musim tersebut.

Pewarta: Katriana
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020