Yogyakarta (ANTARA News) - Kesadaran perempuan dalam proses deteksi, pencegahan, dan penanganan dini kanker payudara masih rendah, sehingga mereka mengetahui terkena penyakit itu saat telah memasuki stadium lanjut.

"Akibatnya, penanganan yang dilakukan kadang sudah terlambat," kata peneliti dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) Indah Fatmawati saat menyampaikan hasil penelitiannya tentang kanker payudara di Yogyakarta, Minggu.

Oleh karena itu, menurut dia, diagnosis dini sangat diperlukan karena kanker payudara lebih mudah diobati dan bisa disembuhan jika masih dalam stadium dini.

Ia mengatakan fenomena yang ada selama ini adalah perempuan enggan memeriksakan dirinya jika merasakan ada gejala aneh terjadi pada payudaranya.

Keengganan itu muncul karena kekhawatiran apabila memang dirinya terkena penyakit kanker payudara.

Padahal, menurut dia, semakin dini memeriksakan diri, penanganan kanker payudara dapat lebih cepat dilakukan.

Ia mengatakan keengganan untuk memeriksakan diri tersebut sebenarnya dapat diatasi dengan komunikasi persuasif yang baik.

Komunikasi persuasif itu dapat dilakukan dengan berbagai cara, di antaranya melalui media massa dan penyuluhan oleh dokter atau guru.

"Ibu atau saudara perempuan yang lebih tua juga dapat menjadi sarana utama dalam proses penyampaian pesan tersebut," katanya.

Untuk itu, menurut dia, remaja perempuan harus disadarkan untuk terus melakukan proses pemeriksaan payudara sendiri (sadari) secara rutin.

Dalam mengomunikasikan pesan itu, framing pesan sangat berpengaruh dalam upaya mempersuasi remaja perempuan dalam deteksi dini kanker payudara.

Ia mengatakan dalam pesan tersebut harus disampaikan bahwa meskipun risiko terkena kanker payudara cukup besar pada usia 35 tahun ke atas, tidak tertutup kemungkinan usia remaja juga dapat terkena penyakit ini.

Dengan demikian, para remaja merasa memiliki keterlibatan dalam pesan tersebut, sehingga akan lebih berpengaruh.

"Dalam kasus itu, framing negatif lebih efektif dibanding framing positif. Framing negatif adalah penyampaian pesan yang lebih menekankan pada aspek risiko, sedangkan framing positif lebih menekankan pada aspek kemanfaatan atau kegunaan," katanya.
(*)

Pewarta:
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2010