Manado (ANTARA) - Pupuk Kaltim implementasikan program "agro solution" di Provinsi Sulawesi Utara (Sulut), dalam rangka mengoptimalkan sumber daya sektor pertanian, sekaligus mendorong kemandirian petani yang lebih berdaya saing, di daerah tersebut.

"Program agro solution merupakan pemanfaatan kawasan pertanian dengan konsep aliansi kemitraan berkelanjutan, bekerja sama dengan Kementerian Pertanian, Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara serta stakeholders multi pihak," kata Direktur Utama Pupuk Kaltim Rahmad Pribadi, di Manado,Selasa.

Kerja sama kali ini, katanya, ditandai dengan penandatanganan Nota Deklarasi Dukungan Bersama yang dilakukan oleh Project Manager Pengembangan Pemasaran Retail Hortikultura dan Partnership Pupuk Kaltim Supriyoto, disaksikan Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo dan Seketaris Daerah Provinsi Sulawesi Utara Edwin Silangen.

Dia mengatakan bahwa agro solution digagas sebagai strategi meningkatkan loyalitas petani terhadap produk Pupuk Kaltim melalui pendampingan, sekaligus memfasilitasi akses manfaat selain pupuk, sehingga dapat meningkatkan hasil panen dan mendorong kesejahteraan petani.

Baca juga: Pastikan ketersediaan pupuk, Mentan tinjau gudang Pupuk Kaltim

“Implementasi agro solution tersebar pada 10 lokasi di seluruh wilayah Sulawesi Utara,” ujar Rahmad Pribadi.

Menurut dia, agro solution dapat menjadi solusi bagi program ketahanan pangan yang digencarkan Pemerintah, mulai dari konversi lahan, penurunan kualitas tanah, hingga infrastruktur pertanian yang terbatas.

Kerja sama ini turut melibatkan sejumlah pihak, seperti perbankan, asuransi pertanian hingga offtaker, guna mendukung produktivitas pertanian dengan peningkatan hasil yang lebih siginifikan.

Program ini digagas untuk membantu menyelesaikan persoalan klasik yang selama ini dihadapi petani tradisional, karena berbagai alasan dan keterbatasan yang dimiliki. Salah satunya keterbatasan akses untuk mendapatkan modal kerja karena tidak ada jaringan ke perbankan. Selain juga kurangnya pengawasan dan kawalan teknologi dalam melakukan budidaya tanaman, mulai persiapan lahan hingga penen.

“Untuk itu Pupuk Kaltim hadir melalui program ini, sebagai agro solution sekaligus instrumen kebijakan perusahaan untuk menggerakkan sumber daya di sektor pertanian, meningkatkan produktivitas petani dengan hasil maksimal, serta memberi pemahaman kepada petani bahwa bertani itu bagian dari kegiatan bisnis,” terang Rahmad.

Baca juga: RUPSLB Pupuk Kaltim rombak jajaran direksi dan komisaris

Agro solution berbeda dengan Demonstration Plot (Demplot) yang telah dilaksanakan Pupuk Kaltim, karena bersifat kerjasama yang melibatkan stakeholders dari berbagai pihak, terdiri dari Pupuk Kaltim sebagai inisiator, distributor resmi Pupuk Kaltim, perbankan, Pemerintah Daerah, hingga offtaker sebagai jaminan pembelian hasil produksi pertanian untuk jangka panjang.

“Kalau Demplot murni dilaksanakan mandiri oleh Pupuk Kaltim tanpa menggandeng pihak lain, tapi kalau program ini melibatkan banyak pihak,” lanjut dia.

Pupuk Kaltim melihat bahwa keterbatasan petani dalam meningkatkan hasil pertanian disebabkan oleh berbagai faktor, seperti kurangnya modal untuk pembelian pupuk, hingga terbatasnya pengetahuan tentang pengelolaan lahan serta tanaman secara optimal.

Maka dengan program ini, Pupuk Kaltim memfasilitasi petani dengan sejumlah pihak yang terlibat, guna mendukung masa tanam yang dilaksanakan.

Dicontohkannya, untuk pembiayaan pengadaan pupuk mulai awal musim tanam, Pupuk Kaltim memberikan solusi dengan menghubungkan petani kepada distributor untuk kepastian pasokan, dengan perjanjian pembayaran saat panen dan bisa diakses dengan cepat.

Selain itu, petani juga dihubungkan dengan perbankan atau sumber pendanaan lainnya untuk kemudahan permodalan seperti Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan dibayar saat panen.

“Begitu pula untuk pendampingan, Pupuk Kaltim terlibat mulai dari persiapan lahan melalui analisa tanah, pengolahan dan pemupukan berimbang, dilanjutkan pendampingan pemilihan bibit tanaman hingga proses panen, didukung Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) dari Pemerintah Daerah untuk aplikasi teknologi pertanian,” papar Rahmad.

Sekprov Sulut Edwin Silangen, menyampaikan Pertanian menjadi sektor andalan untuk menjaga ketahanan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.

Meski berbagai komoditas tengah anjlok, namun sektor pertanian masih dapat memperlihatkan pertumbuhan tren yang positif serta mampu menahan laju penurunan ekonomi secara umum.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), per Juli Tahun 2020 pertanian tumbuh sebesar 24,1 persen (month-to-month) secara nasional. Khusus di Sulut sendiri, pada triwulan II Tahun 2020, lapangan usaha pertanian tumbuh sebesar 2 persen.

“Pada triwulan II 2020, lapangan usaha pertanian masih tumbuh 2 persen. Pertanian mampu menahan laju penurunan ekonomi secara umum,” tutur Silangen.

Sementara Mentan Yasin Limpo, mengapresiasi besarnya potensi sektor pertanian yang ada di Sulawesi Utara dan pihaknya memastikan untuk terus bersinergi dengan berbagai pihak guna pengembangan seluruh potensi pertanian tersebut.

“Seperti halnya jagung yang tumbuh subur meski saat ini kemarau di Sulut,” kata Mentan Yasin Limpo.

Ditambahkannya, Kementerian Pertanian melakukan berbagai upaya dalam meningkatkan produksi hingga mewujudkan swasembada kedelai, jagung hingga komoditas perkebunan di Sulut, sebagai langkah aktif dalam mendorong produktivitas dan pemenuhan kebutuhan nasional, di antaranya memberikan bantuan sarana produksi, alat pra panen dan pasca panen, serta mendorong petani untuk menggunakan fasilitas Kredit Usaha Rakyat (KUR) dan pengembangan pertanian berbasis korporasi dan klaster.

“Upaya lain yang tak kalah penting adalah pengembangan varietas benih unggul provitas tinggi. Produktivitas kita tingkatkan sehingga produksi surplus, impor berkurang dan kita tingkatkan ekspor. Jangan bergantung pada impor. Mari kita siapkan pangan dari Sulawesi Utara,” pungkas Mentan.

Pewarta: Nancy Lynda Tigauw
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020