Gorontalo (ANTARA News) - Puisi yang dituliskan sendiri oleh penyairnya, maupun karya penyair yang dibaca oleh seseorang, dapat menjadi media untuk menetralkan gejolak kehidupan.

"Puisi dapat membuat kita sadar sebagai manusia, di tengah-tengah permasalahan kehidupan yang kompleks dan penuh rutinitas," kata Syahriar Tato, seorang penyair asal Makassar,usai membacakan karya-karya puisinya di gedung bengkel seni Universitas Negeri Gorontalo (UNG), Senin.

Menurut pria kelahiran Pinrang, Sulawesi Selatan, pada 21 Februari 1954 silam itu, puisi untuk menetralisasi kehidupan, sangat memungkinkan, karena sifatnya yang kontemplatif atau sarat dengan perenungan.

"Puisi dapat membuat kita sadar sebagai manusia, di tengah-tengah permasalahan kehidupan yang kompleks dan penuh rutinitas," kata penyair yang pada kesempatan itu membacakan sejumlah karya puisinya yang terangkum dalam buku "Kota Kekasih".

Dalam diskusi di hadapan mahasiswa jurusan sendratari dan bahasa Indonesia itu, Syahriar mengatakan, selain memiliki kandungan kontemplatif, puisi juga dapat berfungsi sebagai media untuk menertawakan kehidupan.

"Segala sesuatu yang terdapat dalam kehidupan, sangat memungkinkan untuk dituangkan ke dalam bentuk puisi," ujar Penyair yang bertitel doktor di bidang tehnik itu.

Sosok Syahriar Tato sendiri, selain dikenal sebagai penyair, juga dikenal sebagai seorang birokrat di lingkungan pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan, sekaligus akademisi di sejumlah Universitas terkemuka di Makassar.

Di tengah-tengah aktivitasnya sebagai dosen dan birokrat, Syahriar juga aktif menulis novel dan naskah sinetron.

Karya novelnya yang sudah diterbitkan, di antaranya berjudul "Bunga di atas Bara" dan "Antara Bumi dan Langit".(*)

Oleh
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010