Washington (ANTARA News) - Satu riset di Inggris menemukan hubungan antara bisphenol A (BPA), senyawa kimia yang digunakan dalam plastik botol susu bayi dan berbagai kemasan produk makanan,dengan penyakit hati, diabetes, dan kelainan enzim hati.

Otoritas kesehatan Amerika Serikat (AS) pada akhir pekan lalu (15/1) mengumumkan akan mengadakan penelitian tentang dampak senyawa kimia itu terhadap kesehatan, seperti yang dikutip JoAnne Allen dari Reuters.

Bisphenol A telah digunakan selama bertahun-tahun untuk mengeraskan plastik dan digunakan di berbagai bungkusan makanan termasuk beberapa jenis botol susu bayi.

Orang dapat mengonsumsi BPA ketika senyawa itu luntur dari plastik dan tercampur dengan makanan bayi, air atau makanan lainnya.

Studi baru-baru ini menunjukan adanya dampak tersamar akibat pemberian dosis kecil BPA kepada beberapa binatang percobaan dan sebuah riset baru akan menjadi bagian dari penyelidikan yang lebih luas akan adanya risiko kesehatan terhadap anak-anak, demikian kata Bill Corr, Deputi Departemen Kesehatan AS.

“BPA belum ditemukan atau terbukti membahayakan baik anak-anak maupun orang dewasa, tetapi karena anak-anak. Pada awal perkembangannya telah terkontaminasi oleh BPA, maka data ini pantas untuk diteliti lebih lanjut,” kata Corr.

Lembaga pengawasan makanan dan obat AS (FDA) juga mendukung pemeriksaan oleh ahli racun pemerintah pada 2008, yang hasilnya mengindikasikan senyawa tersebut menyebabkan ‘beberapa keprihatinan’.

“’Beberapa keprihatinan’ artinya kita harus tau lebih banyak lagi,” kata wakil kepala FDA, Josh Sharfstein.

Sharfstein mengatakan riset baru ini bertujuan untuk mengklarifikasi ketidakjelasan dampak BPA.

FDA sedang melakukan langkah logis untuk mengurangi BPA dalam produksi makanan, termasuk mendorong perusahaan-perusahaan, agar berhenti memproduksi botol susu bayi yang mengandung BPA.

Lembaga studi hewan dan manusia AS akan melakukan penelitian ini selama 18 sampai dua tahun dengan anggaran sebesar 30 juta dolar AS.

Walaupun pemerintah sedang melakukan penelitian terhadap hal ini, orang tua dianjurkan membatasi penggunaan alat makan bayi yang mengandung BPA, seperti botol susu plastik dan gelas bayi. Alat-alat makan yang tidak mengandung BPA dapat dilihat di www.hhs.gov/safety/bpa/

AS akan bekerjasama dengan Kanada mendukung pembicaraan internasional tentang dampak BPA itu.

Riset tentang BPA yang juga menggunakan tikus percobaan menunjukan bahwa bahkan pada tingkat penggunaan yang rendah, senyawa ini berbahaya, meskipun masih ada perdebatan di antara para ahli.

Steven Hentges, juru bicara American Chemistry Council, mengatakan,”Riset yang lebih luas telah menunjukan bahwa BPA dapat cepat dicerna dan dieksresikan, serta tidak tertimbun di dalam tubuh. BPA adalah salah satu senyawa yang paling ketat uji cobanya dalam perdagangan dewasa ini.”

Kelompok industri itu paham bahwa departemen kesehatan berusaha mengatasi kebingungan BPA. Hentges prihatin dengan anjuran dari pemerintah yang disebutnya tidak berdasar dan membuat cemas masyarakat.

Kelompok aktivis kesehatan lingkungan yang meminta pemerintah melarang penggunaan BPA mengatakan, ini adalah tonggak awal penghentian penggunaan senyawa kimia beracun kepada anak-anak.

“Ini adalah kemenangan bagi orang tua dan anak-anak, dan keabsahan dari berbagai studi independent yang mengaitkan BPA kepada beberapa permasalahan kesehatan yang serius,” kata Jane Houlihan, wakil presiden senior Environmental Working Group.

Kanada sendiri berencana melarang botol susu bayi yang mengandung BPA. Beberapa kelompok ilmuwan dan aktivis kesehatan di Inggris juga menuntut kebijakan serupa. (*)

Pewarta:
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2010