Jakarta (ANTARA News) - Ketua Presidium organisasi relawan kegawatdaruratan kesehatan "Medical Emergency Rescue Committee" (MER-C) Indonesia dr Sarbini Abdul Murad mengemukakan, pembangunan rumah sakit (RS) Indonesia di Jalur Gaza Palestina adalah wujud diplomasi kesehatan.

"Bila pembangunan RS Indonesia itu dapat diwujudkan, maka akan menjadi tonggak sejarah hubungan Indonesia, Mesir dan Palestina melalui jalur non-politik, yakni diplomasi kesehatan yang berwujud rumah sakit," katanya di Jakarta, Selasa.

Sarbini Abdul Murad mengemukakan hal itu setelah bertemu dengan jajaran pemimpin LKBN ANTARA, yakni Direktur Utama (Dirut) Dr Ahmad Mukhlis Yusuf yang didampingi Direktur Pemberitaan Saiful Hadi serta Direktur Sumberdaya Manusia (SDM) dan Umum Dr Rajab Ritonga.

Delegasi MER-C Indonesia yang bertemu dengan pemimpin LKBN ANTARA pada Senin (18/1) adalah Ahyahudin Sodri dari MER-C Indonesia Cabang Jerman, dan Humas MER-C Riny Nurmarita.

Menurut Sarbini, pihaknya belakangan ini melakukan safari ke sejumlah pihak guna menyegarkan kembali ikhtiar dan usaha mewujudkan pembangunan RS Indonesia di Gaza, yang merupakan jalinan kerja sama antara pemerintah dan masyarakat Indonesia, sebagai kelanjutan dari misi kemanusiaan yang pernah dilakukan ke Gaza tahun 2009.

"Kami juga memandang sangat penting peran media untuk mengkomunikasikan langkah-langkah yang sedang dan akan dilakukan dengan para pemangku kepentingan dari berbagai pihak terkait sehingga masyarakat yang telah memberikan amanah dan donasi untuk rencana itu dapat mengetahuinya," katanya.

"Dan LKBN ANTARA sebagai kantor berita negara, selama ini sangat membantu menginformasikan langkah-langkah dimaksud, sehingga kami juga tetap meminta untuk dapat mengawal hingga rencana itu dapat terwujud," katanya.

Kepada pemimpin LKBN-ANTARA, pihak MER-C Indonesia juga menjelaskan sejumlah usaha yang kini sedang dilakukan, di antaranya adalah dukungan dari Menko Kesra Agung Laksono yang siap mengkoordinasikan kelanjutan rencana itu di pemerintahan.

"Saya akan coba untuk membicarakan lagi dengan para pihak di pemerintahan," kata Agung Laksono ketika menerima delegasi MER-C Indonesia pertengahan Desember 2009.

Bahkan, kata Sarbini, dalam perkembangan terbaru yang diterima dari Deputi Menko Kesra Bidang Koordinasi Kependudukan, Kesehatan, dan Lingkungan Hidup dr Emil Agustiono, M.Kes diterima informasi bahwa sudah dikirimkan surat dari Sekretaris Kementerian Koordinator Kesra kepada Dirjen Asia Pasifik Kementerian Luar Negeri agar segera memberi "lampu hijau" kepada tim aju untuk meninjau lokasi pembangunan RS Gaza di Palestina.

Sedangkan berdasarkan informasi dari insinyur MER-C yang akan ditempatkan sebagai pengawas pembangunan di Gaza, dalam pertemuan dengan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Mesir AM Fachir juga diperoleh kemajuan.

"Pak Dubes (AM Fachir) akan mengirim surat kepada Jenderal Umar Sulaiman (kepala intelijen Mesir) agar dipermudah urusan tim aju dari Indonesia bagi kepentingan tersebut," katanya.


Siap membantu

Sementara itu, Direktur Pemberitaan Saiful Hadi maupun Direktur SDM dan Umum Rajab Ritonga secara prinsip menyatakan bahwa dalam kapasitas yang ada, LKBN ANTARA siap membantu bagi perwujudan rencana pembangunan RS Indonesia di Jalur Gaza.

Kedua direktur yang dalam kurun waktu berbeda pernah meliput di Bosnia Herzegovina itu juga menyatakan bahwa melalui jalur-jalur jejaring dan komunikasi yang ada, LKBN ANTARA akan membantu dalam kapasitas tertentu.

"Untuk sementara dalam waktu yang dekat, ANTARA akan mengawal melalui pemberitaan," kata Rajab Ritonga.

Sedangkan Saiful Hadi menambahkan bahwa LKBN ANTARA bisa melakukan komunikasi dengan Kantor Berita Mesir MENA untuk menghubungkan dengan pihak berwenang di Mesir agar bisa memudahkan tugas tim aju maupun tim lanjutan ke depan.

"Kami akan mencoba membantu melalui Kantor Berita MENA karena sudah terjalin hubungan yang baik, khususnya di antara kantor berita negara Islam," katanya.

Pada Konferensi Antarbangsa Rekonstruksi Gaza, yang berlangsung di Sharm El-Sheikh, Mesir awal Maret 2009, delegasi Indonesia yang dipimpin Menko Kesra --saat itu-- Aburizal Bakrie, dengan anggota delegasi terdiri dari Dubes RI untuk Mesir Abdurrachman Fachir, Sesmenko Kesra Indroyono Soesilo, Dirjen Asia Pasifik dan Afrika

Hamzah Thayeb, dan Direktur Timur Tengah Aidil Chandra Salim menawarkan pembangunan berbagai sarana.

Sarana itu, di antaranya sarana pendidikan dan kesehatan berupa sekolah dan rumah sakit di Jalur Gaza serta berbagai pelatihan dan pendidikan untuk rakyat Palestina.

Tawaran lainnya adalah bantuan teknis berupa pengalaman rekonstruksi pascabencana, seperti yang berlangsung di Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Nias, sejak Desember 2004.

Delegasi Indonesia juga mengharapkan dapat dibentuk satu lembaga khusus mirip Badan Rehabilitasi dan Rekosntruksi (BRR) NAD-Nias untuk menangani rekonstruksi di Gaza. Ini sejalan pula dengan pandangan Presiden Mesir Hosni Mubarak, yang menegaskan perlunya satu institusi internasional yang transparan dan akuntabel untuk rekonstruksi Gaza ini.

Selama 22 hari serangan Israel terhadap Palestina di Jalur Gaza, yang berlangsung antara 27 Desember 2008 sampai 18 Januari 2009, telah memorak-porandakan wilayah ini. Sebanyak 1.366 warga Palestina tewas dan kerugian material mencapai 1,4 miliar dolar AS.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010