Semarang (ANTARA news) - Pakar urologi, dr. Ardy Santosa menilai, aktivitas seks di usia lanjut bukanlah masalah, namun harus disertai kesadaran pentingnya komunikasi dan saling pengertian.

"Sebab, proses penuaan bagi setiap manusia merupakan hal yang bersifat ilmiah dan tidak dapat dilawan," katanya usai seminar "Seks di Usia Lanjut" di Semarang, Jumat.

Menurut dia, aktivitas seks sebaiknya tidak dipahami sebatas sarana untuk menyalurkan kebutuhan biologis, namun secara lebih jauh harus dipahami sebagai sarana untuk "refreshing" dan rekreasi.

Ia mengatakan, masyarakat sering menganggap bahwa aktivitas seks di usia lanjut adalah tabu, padahal hal itu justru keliru karena aktivitas seks merupakan sarana untuk menjaga keharmonisan rumah tangga.

"Misalnya, ada seorang kakek yang mencabuli anak kecil, bisa jadi disebabkan keterbatasan atau kurangnya penyaluran kebutuhan biologis yang memengaruhi kondisi psikologisnya," katanya.

Akan tetapi, kata dia, aktivitas seks yang dilakukan di usia lanjut harus tetap memerhatikan kondisi dan kemampuan pasangan karena dipengaruhi oleh pertambahan usia, agar tercipta saling kesepahaman.

Ardy menilai, banyak pasangan lanjut usia yang sudah tidak melakukan aktivitas seks dan hal itu disebabkan beberapa hal, seperti adanya perubahan fisik dan kondisi psikologis.

"Bahkan, ada pasangan suami istri yang enggan melakukan aktivitas seksual di usia senja karena adanya perasaan malu dan menganggapnya hal yang tabu," katanya pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang tersebut.

Padahal, kata dia, aktivitas seks di usia lanjut sebenarnya bukan suatu masalah dan tidak ada batasan, selama pasangan mampu dan mau untuk melakukannya tanpa paksaan.

Menurut dia, seiring dengan bertambahnya usia juga menyebabkan terjadinya penurunan gairah seksual, dan hal tersebut tentunya akan memengaruhi aktivitas seksual pasangan usia lanjut.

"Penurunan gairah seksual dapat juga disebabkan karena pasangan telah meninggal dunia, perubahan secara hormonal, dan masalah kesehatan jiwa, seperti depresi, sering cemas, dan pikun," kata Ardy.(*)

Pewarta:
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2010