tidak ada aktivitas tanpa risiko
Banjarmasin (ANTARA) - Anggota Tim Pakar Universitas Lambung Mangkurat (ULM) untuk Percepatan Penanganan COVID-19 Prof Dr dr Syamsul Arifin MPd meminta masyarakat memerhatikan konsep ZATJ2L ketika menghadiri sebuah pesta selama pandemi COVID-19.

"Di era pandemi ini, tidak ada aktivitas tanpa risiko. Meskipun, itu juga tergantung pada setiap individu untuk menilai risiko mana yang layak diambil. Karena itu, mengapa penting memahami tingkat potensial transmisi di sebuah acara termasuk pesta," katanya di Banjarmasin, Minggu.

Adapun ZATJ2L yang dimaksud Syamsul yaitu Zona risiko, Asal tamu, Tempat pesta, Jumlah yang hadir, Jenis aktivitas dan Lama acara.

Baca juga: Hadir pesta pernikahan, ASN Pemkab Morowali positif COVID-19 meninggal
Baca juga: Kasus corona naik, Pemkab Kudus tunda beri izin pesta nikah


Untuk zona risiko, menurut dia penting mengetahui peta zona risiko daerah berlangsungnya pesta, apakah merah, orange, kuning atau hijau. Karena semakin tinggi tingkat penularan komunitas di suatu daerah maka kian besar pula risiko penyebaran COVID-19 selama pesta berlangsung.

Kemudian asal daerah tamu undangan wajib pula jadi pertimbangan, karena tamu yang berasal dari zona merah berpotensi meningkatkan risiko penyebaran virus dalam pesta tersebut.

Selanjutnya risiko penularan virus menjadi semakin tinggi di dalam ruangan tertutup ataupun ventilasi tidak baik. Virus juga menyukai suhu udara yang lebih sejuk dari AC.

"Penelitian di Jepang menemukan bahwa infeksi COVID-19 dari mereka yang berinteraksi dengan orang lain di luar ruangan yaitu 12,5 persen. Tetapi dari mereka yang hanya bertemu di dalam ruangan, hampir 75 persen menginfeksi orang lain," papar Guru Besar Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran ULM itu.

Baca juga: Pesta pernikahan di Iran picu lonjakan kasus COVID-19
Baca juga: AC bisa sebarkan virus corona? Ini kata pakar


Untuk jumlah undangan, menurut dia, prinsipnya semakin banyak orang maka semakin tinggi pula risiko penularan virus yang dapat terjadi. Sehingga pembatasan kapasitas dalam suatu tempat sebanyak 50 persen dapat menurunkan potensi transmisi.

"Dengan pembatasan jumlah orang, memungkinkan untuk menerapkan protokol kesehatan jaga jarak minimal 1 meter," jelasnya.

Adapun aktivitas utama yang dilakukan selama pesta adalah makan-makan yang menyebabkan tamu melepaskan masker dan diselingi dengan bicara sesama tamu undangan. Dua hal ini meningkatkan risiko transmisi COVID-19 sebab berdasarkan penelitian berbicara bisa menyebabkan 2.600 droplets kecil tercipta setiap detik ketika berbicara dalam suara normal.

Baca juga: Menristek: Mutasi virus corona terdeteksi di sejumlah daerah Indonesia
Baca juga: Menristek: Mutasi virus corona tidak mengganggu pengembangan vaksin


Terakhir, durasi waktu yang dihabiskan bersama orang lain juga turut berpengaruh pada risiko penularan. Keberhasilan infeksi merupakan perkalian paparan virus dan durasi waktu.

Syamsul menyarankan, pesta seyogyanya di ruangan terbuka, pengaturan jam tamu sehingga tamu tidak banyak dan lama acara berlangsung serta modifikasi makanan untuk dibawa pulang.

Selain itu, hal utama yang diingatkan adalah penerapan penggunaan masker, cuci tangan dengan sabun dan menjaga jarak, tidak berjabatan tangan, pengukuran suhu tubuh bahkan perlu ditambah dengan pengukuran saturasi oksigen untuk deteksi terutama orang yang tanpa gejala.

Baca juga: UGM temukan mutasi SARS-CoV-2 di Yogyakarta dan Jawa Tengah
Baca juga: Eijkman: Ada strain virus penyebab COVID-19 lebih menular di Indonesia

Pewarta: Firman
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020