Jakarta (ANTARA) - Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore ditutup melemah dipengaruhi meningkatnya tensi antara Amerika Serikat dan China.

Rupiah ditutup melemah 25 poin atau 0,17 persen menjadi Rp14.765 per dolar AS dari sebelumnya Rp14.740 per dolar AS.

"Pelemahan rupiah hari ini dipengaruhi konflik dua negara ekonomi terbesar dunia yaitu AS dan China yang terus membara setelah Presiden AS Donald Trump mengatakan pada konferensi pers Gedung Putih pada hari Senin bahwa ia bermaksud untuk mengekang hubungan ekonomi antara kedua negara," kata Direktur PT TRFX Garuda Berjangka Ibrahim Assuaibi di Jakarta, Selasa.

Apalagi, di Hongkong telah terjadi demonstrasi besar-besaran yang berujung bentrokan dengan aparat kepolisian Hongkong dan terjadi penangkapan 100 lebih aktivis yang menginginkan pemilu dipercepat.

Baca juga: Rupiah diprediksi tertekan seiring memanasnya hubungan AS-China

Dari eksternal lainnya, Perdana Menteri Inggris Boris Johnson dilaporkan sedang mempertimbangkan undang-undang untuk mengesampingkan perjanjian penarikan Brexit negara itu dengan Uni Eropa (UE).

Berita tersebut memicu peringatan Uni Eropa bahwa tidak akan ada kesepakatan jika Inggris melanjutkan langkah tersebut dan meningkatkan prospek Brexit yang sulit lagi. Pembicaraan baru antara Inggris dan UE akan diadakan di kemudian hari.

Sementara itu, fokus pasar minggu ini adalah pertemuan Bank Sentral Eropa (ECB) pada Kamis (10/8) mendatang, meskipun keputusan kebijakan ECB secara luas diperkirakan akan tidak berubah.

Baca juga: Rupiah Selasa pagi menguat 5 poin

Rupiah pada pagi hari dibuka melemah di posisi Rp14.720 per dolar AS. Sepanjang hari, rupiah bergerak di kisaran Rp14.720 per dolar AS hingga Rp14.799 per dolar AS.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa menunjukkan, rupiah melemah menjadi Rp14.798 per dolar AS dibanding hari sebelumnya di posisi Rp14.754 per dolar AS.
 

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2020