Jakarta (Antara) -- Sebagai upaya pihak industri dalam mendukung pengembangan energi baru terbarukan (EBT), Asosiasi Panasbumi Indonesia kembali menyelenggarakan Digital Indonesia International Geothermal Convention (DIIGC) 202, forum tahunan yang mempertemukan berbagai pemangku kepentingan dari industri panasbumi, tak hanya dari Indonesia, tapi juga dari seluruh dunia.

Diselenggarakan secara virtual pada tanggal 8-9 September 2020, event ini dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif. 

Dalam sambutannya, Arifin menyampaikan bahwa pengembangan panasbumi tak hanya tanggung jawab pemerintah, tapi juga para pemangku kepentingan lain, khususnya industri atau dunia usaha.

"pemerintah berkomitmen mendukung pengembangan panasbumi untuk mencapai agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan dalam bidang energi," ujarnya.

Sebagai catatan, Indonesia merupakan produsen panasbumi terbesar nomor dua setelah Amerika Serikat. 

Indonesia mempunyai potensi panasbumi yang sangat besar sekitar 40 persen dari potensi seluruh dunia sekitar 25 Gigawatt (GW) dimana saat ini total kapasitas terpasang sudah lebih 2.000 Megawatt (MW).

"Pemerintah menargetkan pengembangan panasbumi sebesar 7.241,5 MW hingga 2025," papar Arifin.

Sementara itu, Presiden API Prijandaru Effendi menyampaikan bahwa energi panasbumi menjadi penting karena 
potensinya yang cukup melimpah dan sudah terbukti dapat diandalkan sebagai 
base-load, selain keuntungan dari sifat energi bersih dan terbarukan. 

"Mengingat begitu besarnya potensi dan manfaat panasbumi, hal ini bisa dijadikan momentum dimana panasbumi di Indonesia dapat ikut berperan sebagai 
agenda pembangunan ekonomi berkelanjutan serta membantu meningkatkan keekonomian dalam negeri serta membantu menurunkan emisi gas rumah kaca," tukasnya.

Pewarta: PR Wire
Editor: PR Wire
Copyright © ANTARA 2020