Sterling jatuh ke level terendah empat minggu terhadap dolar dan terakhir turun lebih dari 1,2 persen pada 1,2987 dolar AS
New York (ANTARA) - Mata uang aman atau safe-haven dolar AS melonjak ke tertinggi empat minggu pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dipicu kenaikan terhadap sterling di tengah kekhawatiran baru tentang Brexit dan saat selera risiko berkurang dengan aksi jual di Wall Street.

Para analis mengatakan keuntungan mata uang AS kemungkinan tidak akan berkelanjutan. Sterling jatuh ke level terendah empat minggu terhadap dolar dan terakhir turun lebih dari 1,2 persen pada 1,2987 dolar AS.

Baca juga: Minyak Brent anjlok di bawah 40 dolar AS setelah Saudi pangkas harga

Inggris telah memasuki putaran baru pembicaraan perdagangan Brexit pada Selasa (8/9/2020), memperingatkan bahwa pihaknya meningkatkan persiapan tanpa kesepakatan.

Perasaan krisis muncul saat Financial Times melaporkan bahwa kepala departemen hukum Inggris telah berhenti karena saran Boris Johnson ingin mengganti bagian-bagian dari kesepakatan perceraian yang ada.

"Ketidakpastian yang diperbarui seputar proses Brexit yang tampaknya tidak pernah berakhir telah mengirim sterling jatuh minggu ini dan mungkin sedikit membebani mata uang Eropa secara lebih umum, mengingat bahwa akhir yang tidak teratur pada periode transisi Inggris akan mengganggu juga seluruh Eropa," kata Jonas Goltermann, ekonom senior di Capital Economics, dikutip dari Reuters.

Selain kekhawatiran Brexit, investor mata uang juga berbondong-bondong ke dolar karena saham AS terpukul.

"Ada juga beberapa pergerakan risk-off (penghindaran risiko) di pasar saham, yang sedikit positif untuk dolar," kata Erik Bregar, kepala strategi valas di Exchange Bank of Canada di Toronto.

Baca juga: Emas "rebound" setelah aksi jual saham angkat permintaan "safe-haven"

Dalam perdagangan sore, indeks dolar naik 0,4 persen menjadi 93,445, setelah naik ke level tertinggi empat minggu di 93,483.

Goltermann dari Capital Economics mengatakan kenaikan dolar mungkin bersifat sementara, karena dia memperkirakan ekonomi global akan terus pulih dari guncangan virus corona. Itu akan membantu saham dan mata uang berisiko mendapatkan daya tarik lebih lanjut, tambahnya.

Dolar berjuang melawan yen Jepang, jatuh 0,3 persen menjadi 106,04 yen, terbebani oleh kehancuran saham AS.

Yen naik meskipun data menunjukkan ekonomi Jepang menyusut 28,1 persen secara tahunan pada April-Juni, lebih buruk dari perkiraan awal kontraksi 27,8 persen, data revisi dari Kantor Kabinet menunjukkan pada Selasa (8/9/2020).

Euro jatuh ke level terendah dua minggu terhadap dolar, dan terakhir turun 0,3 persen pada 1,1779 dolar, menjelang pertemuan pasca musim panas Bank Sentral Eropa minggu ini.

Sebagian besar analis memperkirakan tidak ada perubahan dalam kebijakan bank sentral tetapi melihat pesannya tentang inflasi. Pasar juga ingin tahu apakah bank khawatir tentang penguatan euro setelah kenaikannya baru-baru ini menyentuh 1,20 dolar.

Data zona euro menunjukkan ekonominya menyusut sedikit lebih rendah dari perkiraan semula pada kuartal kedua, tetapi penurunan itu masih yang paling tajam karena pengeluaran konsumen merosot akibat pembatasan COVID-19. Itu berdampak kecil pada euro.

Yuan China melemah terhadap dolar di pasar luar negeri, setelah Presiden AS Donald Trump memperingatkan tentang "pemisahan" ekonomi AS dan China. Dolar terakhir naik 0,2 persen pada 6,848 yuan.

Di pasar negara berkembang, lira Turki mencapai rekor terendah lainnya dan rubel Rusia merosot ke level terendah sejak April di tengah pembicaraan yang sedang berlangsung tentang sanksi baru dari Barat.

Baca juga: Dolar AS menguat ditopang beberapa data ekonomi terbaru

Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020