Kupang (ANTARA) - Akademisi dari Universitas Muhammadiyah Kupang, Dr. Ahmad Atang, MSi mengatakan, pasangan calon kepala daerah dan wakil kepala daerah peserta Pilkada serentak 2020, harus mampu mengendalikan pendukung untuk menciptakan kampanye sehat di ruang digital.

"Untuk menjaga agar kampanye pilkada dalam ruang digital yang sehat, maka pasangan calon harus mampu mengendalikan pendukung untuk menghindari politik hoaks dan ujaran kebencian antarkandidat dan antarmassa pendukung," kata Ahmad Atang kepada ANTARA di Kupang, Rabu.

Dia mengemukakan hal itu, berkaitan dengan bagaimana menciptakan kampanye sehat di ruang digital dalam Pilkada serentak 2020 di Nusa Tenggara Timur (NTT).

Proses Pilkada serentak 2020 telah memasuki tahap pemeriksaan kesehatan dan selanjutnya penetapan pasangan calon.

Dengan ditetapkannya pasangan calon, maka secara resmi pasangan calon yang sah akan mengikuti tahap selanjutnya, yakni kampanye.

Mengingat pilkada berlangsung dalam suasana pendemi, maka pola kampanye dibatasi dan lebih banyak menggunakan media sosial.

Menurut Ahmad Atang, media sosial menjadi sarana politik pilkada sangat tergantung kepada massa pendukung.

Artinya, media dapat digunakan secara beradab atau dapat menjadi produksi hoaks atau kampanye hitam.

Dia menambahkan, masyarakat digital selalu mengandalkan media untuk menyampaikan pesan.

Pada titik ini, akumulasi informasi politik baik yang nyata maupun hoax dapat berpengaruh terhadap pilihan politik, katanya.

Masyarakat cenderung percaya pada isu yang disampaikan oleh kandidatnya dan akan mengabaikan pasangan calon yang bukan didukungnya.

Masyarakat akan mudah terprovokasi terhadap isu yang mendiskreditkan pasangan calon yang didukungnya tanpa melakukan penyaringan, katanya menjelaskan.

Jika ini yang terjadi maka politik provokasi akan mewarnai pilkada kali ini.

Oleh karena itu, pasangan calon harus mampu mengendalikan pendukung untuk menghindari politik hoax dan ujaran kebencian antarkandidat dan antarmassa pendukung.

Selain itu, panitia pengawas harus dapat merumuskan pola pengendalian media sosial sebagai alat kampanye.

"Kami berharap pilkada serentak kali ini lebih beradab dengan tidak menggunakan cara-cara culas untuk meraih dukungan," katanya.

"Semua pihak harus menghindari politik Machievelli menghalalkan segala cara untuk menang," kata Ahmad Atang.

Baca juga: Fenomena calon petahana di Pilkada NTT

Baca juga: Lima bakal paslon daftar Pilkada di Kabupaten Ngada

Baca juga: 27 bakal paslon mendaftar Pilkada 2020 di NTT

Baca juga: KPU NTT: Bakal calon bupati yang positif COVID-19 tak langsung gugur

Pewarta: Bernadus Tokan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2020