Bandung (ANTARA) - Pada 14 September 2019, Gubernur Jawa Barat (Jabar) M Ridwan Kamil akan menjalani penyuntikkan yang kedua Vaksin COVID-19 buatan Sinovac, China, di Puskesmas Garuda Kota Bandung.

Orang nomor satu di Provinsi Jawa Barat ini menjadi salah seorang dari 1.600 relawan uji klinis fase tiga Vaksin COVID-19 buatan Sinovac.

Dan tak disangka, respon masyarakat yang berminat menjadi relawan uji klinis Vaksin COVID-19 terbilang tinggi.

Hal ini dibuktikan dengan jumlah pendaftar relawan Vaksin COVID-19 yang melampaui target yakni mencapai 1.800 orang dari target 1.600 orang.

Selain itu, keberhasilan lainnya terkait rekrutmen relawan Vaksin COVID-19 ditunjukkan dengan keikutsertaan sejumlah tokoh penting yang ikut serta dalam uji klinis vaksin ini seperti Gubernur Jabar M Ridwan Kamil, Kapolda Irjen Pol Rudy Sufahriadi, Panglima Kodam (Pangdam) III/Siliwangi, Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, dan Kepala Kejaksaan Tinggi (Kajati) Jabar Ade Adhyaksa.

Lantas, faktor apa yang membuat proses rekrutmen relawan uji klinis tahap tiga Vaksin COVID-19 buatan Sinovac, China ini terbilang berhasil.

Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dr H Darajat Wibawa menuturkan jika ditinjau dari aspek ilmu komunikasi tingginya antusiasme menjadi relawan uji klinis tahap tiga vaksin COVID-19 ialah terkait dengan prinsip keberhasilan pesan atau komunikasi yang berhasil.

"Antusiasme itu kalau dilihat dari aspek ilmu komunikasi, pada prinsipnya begini. Satu pesan atau komunikasi yang disampaikan itu akan berhasil manakala memenuhi dua aspek, yakni sesuai dengan kebutuhan dan sesuai dengan keinginan yang ditujukan kepada audiens," kata Darajat.

Baca juga: Indef: Perlu anggaran ekstra untuk pengadaan vaksin 2021


Berharap solusi

Ia mengatakan saat ini masyarakat membutuhkan dan menginginkan sebuah "jalan keluar" agar bisa terhindar dari wabah virus corona.

Menurut dia, adanya pembukaan rekrutmen menjadi relawan vaksin COVID-19 tersebut seolah menjadi "jawaban" akan kebutuhan dan keinginan masyarakat akan sebuah "jalan keluar" supaya bisa terbebas dari virus corona.

"Saat pandemi COVID-19 ini ada, masyarakat itu kan mereka mencari berbagai macam solusi agar bisa terhindar dari virus corona dan ketika ada pengumuman rekrutmen untuk jadi relawan vaksin COVID maka seolah gayung bersambut. Masyarakat berlomba-lomba untuk mendaftarkan diri jadi relawan," kata dia.

Selain itu, lanjut Darajat, keterlibatan tokoh penting seperti Gubernur Jabar, Kapolda Jabar, Pangdam III Siliwangi hingga Kajati Jabar juga menjadi kontribusi dalam keberhasilan dalam rektrutmen relawan Vaksin COVID-19 buatan Sinovac, China.

"Dan tentunya, ada peran media massa juga dalam keberhasilan proses rekrutmen relawan vaksin COVID-19," kata dia.

Opini Ketua Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Sunan Gunung Djati Bandung Dr H Darajat Wibawa terkait dengan keberhasilan dalam rekrutmen relawan vaksin COVID-19 disetujui oleh Rohaeni (33).

Ibu rumah tangga asal Kota Bandung ini menjadi relawan uji klinis tahap tiga vaksin COVID-19 menuturkan alasan dirinya menjadi relawan karena ingin virus corona cepat selesai, dan bisa membantu pemerintah.

"Saya rasa semua orang saat ini berdoa dan ingin sekali wabah corona ini segera berlalu dan hilang di muka bumi ini. Dan setelah dijelaskan dari tim bahwa vaksin ini menjadi salah satu jalan ikhtiar agar corona ini bisa berakhir," kata Rohaeni.

Baca juga: Menko Airlangga targetkan RI dapat 290 juta dosis vaksin tahun depan


Risiko pemimpin

Relawan lainnya, yang berprofesi sebagai Dosen di Fakultas Komunikasi (Fikom) Universitas Padjadjaran (Unpad) dr Herlina Agustin menuturkan alasan dirinya menjadi relawan vaksin COVID-19 karena niat untuk membantu pemerintah dan ingin bermanfaat bagi orang lain.

"Alasan saya memutuskan untuk jadi relawan vaksin COVID-19 ini sederhana yakni kalau kita bisa bermanfaat buat orang, kenapa enggak," kata dia.

Dosen yang akrab disapa Titin menuturkan dirinya sudah berminat untuk ikut serta menjadi relawan sejak adanya berita mengenai klinis vaksin COVID-19.

Sementara itu, keikutsertaan Gubernur Jabar Ridwan Kamil atau Kang Emil sebagai relawan uji klinis untuk meyakinkan masyarakat bahwa uji klinis vaksin dilakukan secara ilmiah.

Ia pun berharap masyarakat tidak terbawa dalam diskusi dan narasi kurang produktif terkait penanganan COVID-19, termasuk hadirnya vaksin.

"Ini risikonya menjadi pemimpin. Nasihat dari ibu saya, kalau ada rebutan rezeki, rakyat di depan pemimpin belakangan. Kalau ada ramai kekhawatiran, sebaliknya, pemimpin yang di depan duluan baru rakyat belakangan," katanya.

"Dan ini bagian dari bela negara. Kalau ada perang tiba-tiba ada keputusan harus eksperiman, semua orang harus bersemangat supaya menang perang karena ini mengetes alat senjata untuk melawan musuh (COVID-19). Kalau enggak dites gimana? Kita akan hidup di dalam ketidakpastian. Harus disyukuri ternyata Indonesia bisa memproduksi sendiri," ujarnya.

Baca juga: Jelang penyuntikan vaksin kedua, Ridwan Kamil jaga kondisi fisik


Penyuntikkan kedua

Gubernur Jawa Barat (Jabar) M. Ridwan Kamil atau Kang Emil mengaku menjaga kondisi fisiknya agar tetap prima untuk menghadapi penyuntikan kedua sebagai relawan vaksin COVID-19 buatan Sinovac, China.

"Ya, terus menjaga kondisi, karena tanggal 14 September 2020 nanti, kami yang menjadi relawan vaksin akan dites kedua. Saya berharap semua proses uji klinis vaksin ini bisa berjalan lancar," katanya usai Rapat Penanggulangan COVID-19 bersama Forkominda Jabar di Makodam Siliwangi III Kota Bandung, Rabu.

Sebelumnya, orang nomor satu di Provinsi Jabar itu menjalani penyuntikan pertama dalam tahapan uji klinis fase tiga vaksin COVID-19 buatan Sinovac, China di Puskesmas Garuda, Kecamatan Andir, Kota Bandung, pada Jumat (28/8).

Dirinya menjalani penyuntikan vaksin tersebut bersama Pangdam III/Siliwangi Mayjen TNI Nugroho Budi Wiryanto, Kepala Kejati Jabar Ade Eddy Adhyaksa, dan Kapolda Jabar Irjen Pol Rudy Sufahriadi.

Setelah 14 hari penyuntikan pertama, Kang Emil dan relawan lain mengisi laporan suhu rutin dan anomali yang dirasakan tubuh secara rutin setiap hari dan ada sekitar sembilan potensi reaksi yang harus dilaporkan jika terjadi, dari gejala ringan sampai gejala agak berat.

"Semoga tes vaksin kedua, nanti selanjutnya diambil sampel darah sampai bulan Desember. Mohon doanya itu berhasil, sehingga kita bisa memproduksi dan memberikan vaksinasi kepada warga Jabar dan warga Indonesia," kata dia.

Baca juga: Menkes Inggris: jeda uji coba vaksin AstraZeneca tak mesti kemunduran


Rasakan pegal

Sebelumnya, Kang Emil mengaku merasa pegal-pegal seusai penyuntikan pertama vaksin dalam rangkaian uji klinis tahap tiga vaksin COVID-19 buatan Sinovac Biotech, China, di Puskesmas Garuda, Kecamatan Andir, Kota Bandung, Jawa Barat, pada Jumat (28/9).

"Jadi setelah disuntik itu, testimoni pribadi saya ini agak pegal-pegal, ada rasa 'nyut-nyutan' selama lima menit," ujar dia.

Penyuntikan vaksin tersebut merupakan yang pertama karena orang nomor satu di Pemerintah Provinsi Jabar akan kembali disuntik vaksin yang kedua pada 14 hari setelah penyuntikan pertama.

Kang Emil menuturkan hal berbeda dirasakan oleh sejumlah pejabat lainnya yang juga menjadi relawan uji klinis tahap tiga vaksin COVID-19, seperti Kapolda Jabar dan Pangdam III Siliwangi yang juga turut disuntik vaksin tersebut.

"Nah, kalau beliau-beliau mungkin lebih kuat ternyata tidak merasakan hal yang sama. Namun, kalau yang saya berlangsung kurang lebih hanya lima menit. Setelah itu semua terlihat normal walaupun ada sedikit baal di sebelah kiri," kata dia.

Kang Emil mengatakan dirinya, Kapolda Jabar, dan Pangdam III Siliwangi menjalani banyak prosedur, dimulai dengan pemeriksaan tekanan darah dan kondisi tubuh, tes cepat, penyuntikan, kemudian menunggu reaksi penyuntikan selama 30 menit.

Hasilnya, keempatnya dinyatakan reaktif dari hasil tes cepat dan akhirnya menjalani prosedur penyuntikan.

Dia mengatakan seluruh perkembangan selanjutnya akan selalu dicatat dan dilaporkan kepada tim penguji vaksin dari Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran.

"Berikutnya ini yang saya belum bisa prediksi, namun kami optimis tidak akan masalah. Itu karena laporan selama ini juga yang sudah sudah di pekan-pekan sebelumnya tidak ada indikasi-indikasi yang mengkhawatirkan," kata dia.

Dia mengaku teringat dengan kenangan masa kecil saat disuntik vaksin tersebut di mana dirinya hanya merasakan efek pegal selama 10 hingga 30 menit pertama.*

Baca juga: Vaksin Merah Putih diperkirakan produksi massal triwulan IV 2021

Baca juga: Vaksin Merah Putih mungkin diberikan lebih dari sekali

Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2020